Senin, 16 Februari 2009

INFEKSI RENDAH ALAT GENITALIA

INFEKSI RENDAH ALAT GENITALIA

Pada wanita terdapat hubungan didunia luar dengan rongga peritoneum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Radang pada alat-alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bias sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat menahun, atau penyakit dari permulaan sudah menahun. (Ilmu Kandungan,2005,hal:269 dan 271)
Infeksi Rendah Alat Genital terdiri dari:
1. VULVITIS
Vulva terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut = mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dengan orifisium urethra eksternum, glandula bartholoni, dan glandula paraurethralis.
Pada radang vulva (vulvitis), vulva membengkak, merah dan agak nyeri, kadang-kadang disertai gatal.
Umumnya vulvitis dapat dibagi dalam 3 golongan:
a. Bersifat local
Yang termasuk kedalam golongan vulvitis local ialah:
1) Infeksi pada kulit termasuk rambut, kelenjar-kelenjar sebasea, kelenjar -kelenjar keringat.
Infeksi ini timbul karena trauma luka atau sebab lain dan dapat menimbulkan folikulitis, furunkulosis, hidradenitis, dsb.
2) Infeksi pada orifisium urethra eksternum, glandula paraurethralis. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh gonorea.
3) Infeksi pada glandula bartholini (bartholinitis)
Bartholinitis sering kali timbul pada gonorea, akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus atau basil koli. Pada bartholinitis akuta kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih panas daripada daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya atau jika duktus tersumbat, mengumpul didalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, keadaan bias diatasi dengan antibiotika, jika sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan. Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kistha bartolini. (ilmu Kandungan,2005, hal:272).
Pengobatan kista bartholini dengan memberikan analgetik dan antibiotic spectrum luas. Jika terjadi abses harus dilakukan marsupialisasi. (Dasar-dasar Obstetri dan ginekologi edisi 6,2002,hal:241)
b. Timbul bersama-sama atau sebagai akibat vaginitis
c. Merupakan permulaan atau manifestasi dari penyakit umum.
Dalam golongan vulvitis sebagai permulaan atau manifestasi penyakit umum, terdapat antara lain:
1. Penyakit-penyakit kelamin yang dianggap penyakit kelamin klasik ialah gonorea, sifilis, ulkus moll, limfogranuloma venerum, dan granuloma inguinale
2. Tuberkolosis
3. Vulvitis disebabkan oleh infeksi karena virus. Termasuk disini limfogranuloma venerum, herpes genitalis dan kondiloma akuminata
4. Vuvitis pada diabetes mellitus
Pada vulvitis diabetika vulva merah dan sedikit membengkak. Keluhan terutama rasa gatal, disertai rasa nyeri. Jaringan pada penderita diabetes mengandung kadar glukosa yang lebih tinggi dan air kencing dengan glukosuria menjadi penyebab peradangan. Oleh karena itu pada penderita dengan vulvitis yang sebabnya tidak terang, perlu dipikirkan adanya diabetes. Vulvitis diabetika kadang-kadang disertai dengan monoliasis. Terapi terdiri atas penguasaan penyakit diabetes mellitus dan pengobatan local.
(Ilmu Kandungan,2005,hal:272-273,275)

TIPE UMUM DARI VULVITIS

Infeksi jamur adalah yang umum sebagai penyebabnya.
Tipe-tipe vulvitis dibagi menjadi 4 macam:
· Vulvitis atrofi; disebabkan karena kekurangan estrogen yang di tandai dengan kulit yang tipis dan rasa gatal dan perih
· Vulvitis karena alergi atau iritasi disebabkan oleh persentuhan dengan bahan-bahan kimiawi seperti pelembut kain, deodorant, sabun dan parfum.
· Vestibulitis vulva; ditandai rasa nyeri yang hebat dan perih pada vestibulum dari vulva.
· Neuralgia nervus pudendus disebabkan oleh kompresi akar saraf sacral atau trauma obstetric dengan gejala rasa nyeri yang tidak mau hilang.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal:263)

EVALUASI PASIEN DENGAN VULVITIS
v Anamnesis harus meliputi sifat, lama dan lokasi dari gejala serta diagnosis dan terapi sebelunya. Bilamana pasien sudah pernah dilakukan biopsy sebelumnya, biopsy tetap harus dilakukan untuk ditinjau ulang.
v Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum vulva untuk lesi.
v Pencucian dengan larutan encer asam asetat (3-5%) berguna untuk mendapatkan lesi hiperkeratonik dan pewarnaan dengan birutoluidin berguna untuk mendapatkan hyperplasia.
v Penilaian laboratorium terdiri dari kultur ulkus untuk virus herpes dan biopsy untuk lesi-lesi yang dicurigai.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal:263)


2. VAGINISTIS
Tanda dan gejala vaginistis :
Gejala yang penting pada vaginistis ialah leukorea, terdiri dari cairan yang kadang-kadang bercampur dengan lender, dan dapat menjadi mukopurulen, rasa gatal dan membakar. Vaginitis biasanya disertai oleh vulvitis. Permukaan vagina dan vulva pada vulvovaginitis menjadi agak merah dan bengkak, pada vagina dapat pula ditemukan bintik-bintik merah. (Ilmu Kandungan,2005,hal 275-276)
Tipe-tipe vaginitis yang biasa:
a. Vaginosis bacterial
ü Gejala-gejalanya terdiri dari pengeluaran cairan yang bertambah dan berbau tidak disertai rasa gatal atau perih.
ü Diagnosis ditegakkan dengan sediaan basah bila terdapat “clue cells” dan butir darah putih minimal. Pewarnaan Gram akan memberi nilai 7-10, pH vagina lebih besar dari 4,5 dan uji coba bau biasanya positif.
ü Terapi vaginosis bacterial adalah dengan pemberian metronidazole atau klindamisin yang kelihatannya sama efektif melalui oral atau vaginal.

obat
dosis
Lama terapi
Metronidazole
250 mg 3x1
5-7 hr

500 mg 2x1
5-7 hr

2 gram
Satu dosis

2 gram
Hari ke-1 dan ke-3

Gel vagina
7hr
Klindamisin
300 mg 2x1
7hr

Krim vagina
5hr
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal 261)
b. Vaginistis karena jamur
Ø Disebabkan oleh candida albican (80%) dan candida spesies lain, torulopsis atau spesies lain
Ø Gejala-gejalanya adalah gatal dan perih dan pengeluaran cairan yang meningkat.
Ø Diagnosis dibuat dengan identifikasi jamur dengan sediaan KOH.
Ø Terapinya dengan macam-macam imidazol vagina seperti tablet vagina asam borat (borid acid), sediaan-sediaan anti jamur oral seperti ketokonazol atau flukonazol.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal 261-262)
c. Trikomonas Vaginalis
§ Trikomonas vaginalis adalah jenis protozoa yang berflagella yang ditularkan melalui seksual yang menyebabkan pengeluaran cairan yang berwarna hijau-kuning dan peradangan, eritema, dan edema pada vagina, rasa nyeri, gatal, dan berbau.
§ Diagnosis dibuat dengan sediaan basah
§ Terapinya menggunakan metronidazole dengan dosis 2 gram atau 250 mg 3x1 selama 7 hari dan untuk pencegahan dilakukan pengobatan semua partner seksual.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal 262)
§ Pasien juga bisa diberikan tinidazol per oral dosis tunggal 3 gram.
§ Swab vagina diambil setelah 7 hari pengobatan dan jika masih ada flagella diberikan dosis kedua dan selanjutnya dilakukan swab berikutnya pada 2 bulan setelah pengobatan tadi, efek sampingnya adalah rasa mual.
(Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi edisi 6,2002,hal 243)
d. Kandidiasis
o Vulvovaginitis karena infeksi dengan kandida albikans mnyebabkan keputihan berwarna putih dan merasa sangat gatal
o Diagnosis dibuat dengan cara pemeriksaan seperti trikomonas vaginalis yaitu pada sediaan tampak jamur ditengah-tengah leukosit.
o Terapi : tablet vaginal mycostati (10.000 unit) dimasukkan dalam vagina 1-2 tablet sehari selam 14 hari dan derivate imidazole sebagai salep untuk dimasukkan dalam vagina dan econazole dalam bentuk supositorium.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 278-279)
e. Hemofilus Vaginalis Vaginistis
Gejala vaginitis adalah keputihan yang berwarna putih bersemu kelabu kadang-kadang kekuning-kuningan dengan bau yang kurang sedap dan gatal yang dapat ditularkan melalui hubungan sekaual.
Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan seperti yang digambarkan pada pemeriksaan trikomonas vaginalis, pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, leukosit yang tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik-bintik yang dinamakan clue-cells.
Terapi harus diberikan kepada suami istri berupa ampisilin 2 gram sehari untuk 5 hari dan kepada wanita dapat diberi betadine vaginal douche. (Ilmu Kandungan,2005,hal 279).

f. Vaginistis Atrofikan atau Senilis
· Biasanya dialami sesudah menopause yang menyebabkan keputihan dan rasa gatal dan pedih.
· Terapi terdiri atas pemberian estrogen per os (premarin 1,25 mg atau oestrogen-feminal 1,25 mg) tiap malam dan pemberian dienestrol krem, premarin vaginal cream atau 0,1 mg supositorium dietil stilbestrol pervaginam untuk 30 malam.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 279)
g. Vaginistis Emfisematosa
Ø Penyakit ini pada umumnya dijumpai pada wanita hamil dengan ditemukan radang dengan gelembung-gelembung kecil berisi gas pada dinding vagina dan porsio uteri.
Ø Penyebab infeksi belum diketahui dan pengobatannya simptomatis.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 280).

3. SERVIKS UTERI
Radang pada serviks uteri bias terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum atau pada endoserviks uteri
Macam-macamnya adalah:
a) Servisitis Akuta
Servisitis akuta adalah infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorea dan pada infeksi post abortus atau post partum yang disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus yang ditandai dengan serviks merah dan membengkak dengan pengeluaran cairan mukopurulen
b) Servisitis Kronika
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoservik dan kelenjar-kelenjarnya lalu menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan:
1. Serviks kelihatan normal
Hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
2. Pada porsio uteri disekitar ostium uteri ektsernum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
3. Sobekan pada serviks uteri yang lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina dan karena radang menahun, serviks bias menjadi hipertrofis dan mengeras, secret mukopurulen bertambah banyak.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan apusan menurut papanicolaou yang bisa diikuti oleh biopsi .
Terapinya:
Pengobatan yang baik ialah dengan jalan kauterisasi radial dengan termaukauter atau dengan krioterapi, sesudah itu terjadi nekrosis jaringan yang meradang, terlepas kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan sehat. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh kedalam kanalis servikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endoserviks.
c) Erosio Servisitis Uteri
Erosio servisitis uteri adalah adanya disekitar ostium uteri eksternum suatu daerah berwarna merah yang disebabkan oleh epitel torak endoserviks dengan stroma vascular dibawahnya tumbuh sampai diluar ostium uteri eksternum dengan mendesak epitel tatah yang normal.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 280-282)











DAFTAR PUSTAKA


Rahburn,William F.2001.Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:Widya Medika.
Chamberlain, Geoffrey.1994.Obstetri dan Ginekologi Praktis.Jakarta :Widya Medika.
Llewellyn, Jones Derek.2002.Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:Hipocrates.
Prawirohardjo, Sarwono.2005.ILmu Kandungan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

PASANG IMPLANT

STANDART OPERATIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

Profil
Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant atau Implanon.
Nyaman.
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi.
Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan.
Kesuburan segera kembali setelah implant dicabut.
Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenoroe.
Aman dipakai pada masa laktasi.

Jenis:
Norplant (6 kapsul).
Indoplant atau Jadena (2 kapsul).
Implanon (1 kapsul).

Efektivitas: Sangat efektif (hingga 1 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama kehamilan).

Cara implant mencegah kehamilan:
Menebalkan getah serviks sehingga mencegah penetrasi sperma, merubah endometrium.

Cara pemakaian implant: kapsul pipih dan fleksibel berisi hormon dipasang di bawah kulit di lengan bagian atas:
Norplan efektif selama 5 tahun.
Jadena, Indoplan dan Implanon bertahan 3 tahun.

Efek samping yang umum:
Dapat menyebabkan perubahan pola menstruasi.
Sebagian wanita (60-70%) mengalami perdarahan/bercak tak teratur dan kurang dari 10% amenorhoe karena pemakaian implan. Efek samping ini tidak serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan.

Klien harus segera melaporkan ke klinik apabila mengalami tanda-tanda komplikasi sbb:
Nyeri hebat pada abdomen bag bawah atau panggul.
Sakit kepala yang sangat hebat.
Perdarahan yang banyak.
Infeksi pada luka pemasangan.
Kapsul keluar atau hilang/tidak teraba.

Cara penggunaan Implan:
Implan dipasang di bawah kulit.
Pemasangan harus dipasang antara hari pertama dan ketujuh periode menstruasi.
Bila pemasangan dilakukan stelah hari ke-7 gunakan metode cadangan atau hindari hubungan intim selama 1 minggu.
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan (sesuai dengan jenis implan yang dipakai).
Implan biasanya efektif selama 5 atau 3 tahun namun dapat dicabut setiap saat oleh petugas terlatih.

Persiapan Alat dan Bahan:
· Meja berbaring untuk berbaring klien.
· Alat penyangga lengan (tambahan).
· Batang implan dalam kantong.
· Kain penutup steril (DTT).
· Mangkok untuk meletakkan implan Norplant.
· Sepasang sarung tangan steril (DTT).
· Sabun untuk mencuci tangan.
· Bethadin
· Zat anestesi lokal (konsentrasi 1 % tanpa epinephrin).
Spuit (5-10 ml) dan jarum suntik (22 G).
Trokar 10 dan mandrin.
Skalpel 11 atau 15.
Kasa pembalut, band aid atau plester.
Kasa steril dan pembalut.
Epinefrin untuk renjatan anafilaktik.
Klem penjepit atau forcep mosquito (tambahan).
Bak/tempat instrument (tertutup)











































LEMBAR CHEKLIST
PELAKSANAAN TINDAKAN PEMASANGAN IMPLANT

NO
ASPEK YANG DINILAI
NILAI
0
1
2
A.
SIKAP



1
Salam dan perkenalan.



2
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.



3
Teruji bersikap sopan, sabar dan teliti.



4
Teruji memposisikan pasien dengan tepat.



5
Teruji tanggap terhadap reaksi pasien.




Score: 10




B.
CONTENT / ISI
0
1
2
1
Meminta klien mencuci dan membilas lengannya.



2
Membantu klien berbaring di atas meja periksa.



3
Mengatur posisi lengan klien yang telah bersih dan meletakkan kain kering dan bersih di bawah lengannya.



4
Menentukan tempat insersi.



5
Dengan menggunakan pola, menandai posisi pemasangan tiap kapsul.
Kalau menggunakan pola Norplan untuk pemakaian Jadena atau Indoplant, harus harus menambahkan 2 mm pada panjang 2 lobang yang sudah ada pada pola Norplant.



6
Memastikan alat steril atau DTT telah tersedia.



7
Membuka pembungkus peralatan steril atau DTT tanpa menyentuhnya.



8
Menaruh kapsul dalam mangkok steril atau DTT.



9
Membersihkan tangan.
· Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 detik dan mengeringkan tangan dengan handuk bersih pribadi, handuk kertas atau didiamkan hingga kering, atau
· Menggosok tangan larutan beralkohol sebanyak 3-5 ml hingga kering (bila tangan tidak tampak kotor).



10
Memakai sarung tangan steril/DTT.



11
Mengatur peralatan dan bahan pada tempat steril atau DTT.



12
Mengusapkan larutan antiseptik dengan gerakan berputar pada tempat insersi, tunggu 2 menit.



13
Mengatakan kepada klien bahwa akan menyuntikkan anestesi lokal.



14
Menyuntikkan anestesi lokal (epinephrine 1%) tepat di bawah kulit pada lokasi pemasangan.



15
Menarik jarum dan menempatkan alat suntik pada tempat yang aman untuk mencegah luka tusuk.



16
Menekan-nekan kulit dengan kasa steril untuk menyebarkan anestesi.



17
Memeriksa efek anestesi sebelum melakukan pemasangan.



18
Membuat sayatan dangkal sedalam 2mm dengan pisau bedah tepat sampai di bawah kulit.



19
Menusukkan trokar secara subdermal.
Sambil mengangkat kulit, mendorong trokar ke dalam sampai tanda batas (1) dekat pangkal trokar.



20
Menarik pendorong (plunger) keluar dan memasukkan kapsul ke dalam trokar dengan tangan bersarung tangan atau dengan klem.



21
Memasang kembali pendorong dan mendorong hingga terasa ada hambatan.



22
Menahan pendorong dengan satu tangan menggeser trokar keluar dari insisi hingga menyentuh pegangan pendorong.



23
Menarik trokar dan pendorong bersamaan hingga tanda pembatas (2) dekat ujung trokar (tidak sampai trokar keluar dari kulit).



24
Menjauhkan ujung trokar dari kapsul dan menahan kapsul agar tidak berada pada jalur trokar.



25
Mengarahkan trokar sekitar 150 dan memasukkan trokar dengan mendorongnya sampai tanda batas (1).



26
Memasang kapsul sisanya dengan tehnik yang sama.



27
Meraba semua kapsul untuk memastikan bahwa kapsul diinsersi dalam bentuk kipas.



28
Meraba tempat insisi untuk memastikan bahwa kapsul berada pada jarak 5mm dari tempat insisi.



29
Mengeluarkan trokar hanya setelah menginsersi kapsul terakhir.



30
Menekan tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan.



31
Mengangkat doek lobang yang telah digunakan.



32
Mengusapkan alkohol pada lengan klien.



33
Merapatkan tepi sayatan dan menutup dengan bandaid atau perban steril.



34
Mendekontaminasi jarum dan alat suntik dengan membilas 3x dengan larutan klorin 0,5%.



35
Membuang jarum dan alat suntik ke dalam wadah tidak tembus tanpa melepas, menutup atau mematahkan jarum tersebut.



36
Merendam semua peralatan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.



37
Membuang sampah ke dalam wadah anti bocor atau kantung plastik.



38
Melepas sarung tangan, setelah direndam dalam larutan klorin 0,5% dan meletakkannya ke dalam wadah tidak bocor.



39
Mencuci tangan.




Score: 78



C.
TEHNIK



1
Teruji melaksanakan tindakan secara sistematis



2
Teruji menjaga privasi pasien.



3
Teruji berkomunikasi dengan pasien dan merespon dengan baik



4
Teruji percaya diri dan tidak gugup



5
Mendokumentasikan hasil konseling.




Score: 10

PAP SMEAR

PAP SMEAR
Sri Kustiyati, STIKES 'Aisyiyah Surakarta

Abstrak: Sitologi apusan Pap adalah ilmu yamg mempelajari sel-sel lepas atau deskuamasi dari system alat kandungan wanita, meliputi sel-sel yang lepas dari vagina, serviks, endoserviks dan endometrium. Kegunaan diagnostik sitologi apusan Pap adalah untuk evaluasi sitohormonal, meniagnosis peradangan, idenifikasi organisme penyebab peradangan, mendiagnosis kelainan prakanker/displasia serviks (NIS) dan kanker serviks dini maupun lanjut (karsinoma insitu/invasive) dan memantau hasil terapi. Syarat-syarat pengambilan bahan pemeriksaan apusan Pap harus dipenuhi agar sediaan apusan representatif sehingga meminimalkan hasil negatif palsu. Hasil negatif palsu dapat diakibatkan karena kesalahan pengambilan sampel, kesalahan skrining dan kesalahan interpretasi.


PENDAHULUAN
Kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker yang sering menyerang wanita, ditandai dengan adanya sel ganas di jaringan tersebut. Penyakit ini menduduki urutan kedua sebagai penyeba utama kematian wanita di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan 90-100 kasus kanker baru diantara 100.000 penduduk per tahunnya atau 180.000 kasus baru per tahunnya (Kasdu, 2005: 53).
Pap smear merupakan suatu cara deteksi dini kanker serviks sederhana yang paling populer dan merupakan standar pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks. Meskipun cara ini cukup sederhana, di negara berkembang pada umumnya dan Indonesia pada khususnya masih banyak kendala untuk bisa melakukan pemeriksaan Pap test ini secara luas sebagai cara deteksi dini kanker serviks.
Kesadaran/pengetahuan wanita yang masih rendah tentang deteksi dini, keadaan sosial, ekonomi dan pendidikan yang rendah merupakan faktor resiko terjadinya kanker serviks. Hal ini merupakan masalah yang sulit di negara kita, apalagi ditambah kultur yang mempersulit untuk bisa melakukan pemeriksaan serviks. Sebagian besar penderita baru memeriksakan diri bila sudah ada rasa nyeri atau perdarahan yang cukup banyak, yang tentunya sudah ada pada stadium lanjut.




KEGUNAAN DIAGNOSTIK SITOLOGI APUSAN PAP.
1. Evaluasi Sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan sitologi apusan Pap yang bahan pemeriksaannya adlah sekret vagina yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
2. Mendiagnosis Peradangan
Peradangan pada vagina dan serviks, baik yang akut maupun yang kronis, sebagian besar akan memberikan gambaran yang khas pada sediaan apusan pap sesuai dengan organisme penyebabnya, walaupun kadang-kadang ada pula organisme yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan apusan Pap.
3. Identifikasi Organisme Penyebab Peradangan
Ditemukan beberapa macam organisme dalam vagina yang sebagian besar merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut, misalnya bakteri Doderlein. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina dan serviks sulit diidentifikasi dengan pulasan papanicolau, tetapi beberapa macam infeksi oleh kuman tertentu menimbulkan perubahan sel yang khas pada sediaan apusan Pap sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada sel tersebut dapat diperkirakan organisme penyebabnya. Organisme parasit mudah dikenal dengan pulasan papanicolau adalah Trichomonas, Candida, Leptotrix, Actinomyces, Oxyuris dan Amoeba.
4. Mendiagnosis Kelainan Pra Kanker/Displasia Serviks (Nis) dan Kanker Serviks Dini Maupun Lanjut (Karsinoma Insitu/Invasif)
Walaupun ketepatan diagnostik sitologi sangat tinggi, yaitu 96% (Jean de Brux dalam Lestadi), tetapi diagnostik sitologi tidak dapat menggantikan diagnostik histopatologik sebagai alt pemasti diagnosis. Hal itu berarti bahwa setiap diagnostik sitologi kanker harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biopasi serviks, sebelum dilakukan tindakan berikutnya.
5. Memantau Hasil Terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya pada kasus infertilitas atau gangguan endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus-kasus kanker serviks yang diobati dengan radiasi. Memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah dioperasi.

BAHAN PEMERIKSAAN APUSAN PAP
Bahan pemeriksaan apusan Pap terdiri atas sekret vaginal, sekret servikal (eksoserviks), sekret endoservikal, sekret endometrial dan forniks posterior.
Setiap sekret mempunyai manfaat penggunaan yang khas, dimana untuk pemeriksaan tertentu sediaan apusan Pap yang dibaca harus berasal dari lokasi tertentu. Misalnya untuk pemeriksaan interpretasi hormonal, bahan sediaan yang diperiksa haruslah berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas, karena bagian tersebut paling sensitif terhadap pengaruh hormon. Apabila digunakan sediaan dari tempat lain, maka hasil penilaian hormonal yang didapat menjadi kurang akurat, oleh sebab itu dalam membuat sediaan apusan Pap, pengambilan bahan sediaan harus disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan yang diinginkan oleh dokter obstetri ginekologi.
1. Sekret vaginal
Sekret vaginal diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
2. Sekret servikal (eksoservikal)
Sekret servikal diambildengan mengapus seluruh permukaan portioserviks sekitar orifisium uteri eksternum (OUE).
3. Sekret endoservikal
Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa endoserviks dan daerah squamo-columnar junction, dengan alat lidi kapas, ecouvillon rigide atau cytobrush.
4. Sekret endometrial
Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa endometrium dengan alat khusus yang disebut sapu endometrium (balai endometre).
5. Sekret forniks posterior
Sekret ini diambil dengan cara aspirasi, dengan pipet panjang terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan sebuah pompa dari karet. Ini adalah cara pengambilan bahan pemeriksaan/pengumpulan sel yang tertua dan paling sederhana, yang asal mulanya diperkenalkan oleh Papanicolau, dan saat ini masih sering digunakan, sekret ini dapat pula diambil dengan spatula Ayre.

BAHAN DAN ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK MEMBUAT SEDIAAN APUSAN PAP
Untuk membuat sediaan apusan Pap diperlukan bahan dan alat-alat sebagai berikut:
Kaca objek (object glass), tabung berisi cairan fiksasi alkohol 95% atau bahan fiksasi kering: cyto-prep, dry fix atau hair spray, pensil gelas atau pensil intan (diamond pencil), spatula Ayre dari kayu model standar atau modifikasi, lidi kapas, ecouvillon rigide atau cytobrush, sapu endometrium (balai endometre), spekulum vagina cocor bebek (spekulum Cusco), lampu sorot yang dapat digerak-gerakkan, dan formulir permintaan pemeriksaan sitologi apusan Pap.

CARA MENGAMBIL BAHAN SEDIAAN APUSAN PAP
1. Sekret vaginal
Sekret vaginal diambil dengan mengapus dinding lateral vagina sepertiga bagian atas dengan spatula Ayre.
Cara mengambil sekret vaginal:
a. Pasanglah spekulum steril tanpa memakai bahan pelicin.
b. Apuslah sekret dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas dengan ujung spatula Ayre yang bebrbentuk bulat lonjong seperti lidah.
c. Ulaskan sekret yang didapat pada kaca objek secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
d. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cairan fksasi alkohol 95% atau hair spray.
e. Setelah selesai difiksasi minimal selama 30 menit, sediaan siap untuk dikirim ke laboratorium sitologi.
2. Sekret servikal (eksoservikal)
Sekret servikal diambildengan mengapus seluruh permukaan portio serviks sekitar orifisium uteri eksternum (OUE).
Cara mengambila sekret servikal:
a. Pasanglah spekulum steril tanpa memakai bahan pelicin.
b. Dengan ujung spatula Ayre yang bebentuk bulat lonjong seperti lidah apuslah sekret dari seluruh permukaan porsio serviks dengan sedikit tekanan tanpa melukainya. Gerakkan searah jarum jam, diputar melingkar 360 derajat.
c. Ulaskan sekret yang didapat pada kaca objek secukupnya, jangan terlalu tebal dan jangan terlalu tipis.
d. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cairan fiksasi alkohol 95% atau hair spray.
e. Setelah selesai difiksasi minimal selama 30 menit, sediaan siap untuk dikirim ke laboratorium sitologi.
3. Sekret endoservikal
Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa kanalis endoserviks dan daerah squamo-columnar junction, dengan bantuan alat pengambil bahan sediaan endoservikal.
Cara mengambil sekret endoservikal:
Lekatkan sedikit kapas pada ujung alat ecouvillon rigide tersebut atau gunakan langsung cytobrush.
masukkan alat tersebut atau cytobrush ke dalam kanalis endoserviks sedalam satu atau dua sentimeter dari orifisium uteri eksternum.
Putarlah alat tersebut secara melingkar 360 derajat untuk mengapus permukaan mukosa endoserviks dan daerah squamo-columnar junction.
Ulaskan sekret yang didapat pada kaca objek secukupnya.
Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan cairan fiksasi alkohol 95% atau hair spray.
Setelah selesai difiksasi minimal selama 30 menit, sediaan siap untuk dikirim ke laboratorium sitologi.
4. Sekret endometrial
Sekret diambil dengan mengapus permukaan mukosa endometrium dengan bantuan alat pengambil sekret endometrial.
Cara mengambil sekret endometrial:
a. Sebelum pengambilan bahan dimulai, penderita diberitahu terlebih dahulu bahwa pengambilan bahan pemeriksaan ini akan menimbulkan sedikit rasa nyeri atau mules yang disebabkan oleh karena kontrksi uterus.
b. Masukkan alat sapu endometrium ke dalam kanalis endoserviks, kemudian alat didorong terus perlahan-lahan ke dalam sampai di kavum uteri. Alat sering berhenti pada daerah itsmus, bila terjadi hal demikian, doronglah alat secara perlahan-lahan hingga akhirnya dapat melewati itsmus sampai di kavum uteri.
c. Di dalam kavum uteri bagian sapu dari alat tersebut yang berfungsi mengumpulkan material sel dikeluarkan, dan putarlah alat secara melingkar 360 derajat beberapa kali, kemudian masukkan kembali sapu tersebut ke tempatnya semula, sesudah itu barulah alat ditarik keluar secara perlahan-lahan.
d. Sekret yang didapat segera dibuat sediaan dengan mengulaskan sapu dari alat tersebut pada kaca objek, dan difiksasi segera dengan cairan fiksasi alkohol 95%.
5. Sekret forniks posterior
Sekret ini diambil dengan cara aspirasi, dengan pipet panjang terbuat dari plastik yang dihubungkan dengan sebuah pompa dari karet. Ini adalah cara pengambilan bahan pemeriksaan/pengumpulan sel yang tertua dan paling sederhana, yang asal mulanya diperkenalkan oleh Papanicolau, dan saat ini masih sering digunakan, sekret ini dapat pula diambil dengan spatula Ayre.
Alat pengambil sekret forniks posterior:
Sekret forniks posterior diambil dengan alat pipet kaca atau plastik yang ujungnya sedikit dibengkokkan dengan panjang kurang lebih 15 cm, dan dengan penampang 0,5 cm. pipet itu dihubungkan dengan sebuah pompa karet. Dapat pula digunakan spatula Ayre.
Cara mengambil sekret forniks posterior:
a. Penderita dibaringkan dalam posisi miring ke samping dengan lutut dilipat ke atas, menempel pada perut.
b. Dalam keadaan bola karet dipijat, ujung pipet dimasukkan ke dalam vagina secara perlahan-lahan, sampai pipet menyentuh ujung vagina yang dapat diketahui bila terasa ada tahanan.
c. Pada posisi tersebut dilakukan penyedotan sekret dengan melepaskan pijatan pada bola karet perlahan-lahan, sehinggabola karet mengembang dan sekret dari forniks posterior vagina akan terisap ke dalam pipet.
d. Kemudian ujung pipet ditarik keluar perlahan-lahan dengan cara yang sama sewaktu memasukkan alat tersebut ke dalam vagina. Ketika menarik alat tersebut keluar dari vagina, perhatikan jangan sampai menyentuh bagian dinding vagina yang lain.
e. Sekret yang didapat didapat dituangkan ke atas satu atau dua kaca objek, kemudian dibuat sediaan apus dengan bantuan sebuah batang kayu kecil/tusuk gigi.
f. Fiksasi segera sediaan yang telah dibuat dengan alkohol 95% atau hair spray.
g. Setelah selesai difiksasi minimal selama 30 menit, sediaan siap untuk dikirim ke laboratorium sitologi.

SYARAT-SYARAT PENGAMBILAN BAHAN PEMERIKSAAN APUSAN PAP
Beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan:
1. Sekret vaginal harus benar-benar berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
2. Pengambila sekret harus dilaksanakan pada keadaan vagina normal tanpa infeksi dan tanpa pengobatan lokal paling sedikit dalam waktu 48 jam terakhir.
3. Untuk penilaian hormonal siklus menstruasi pada infertilitas, pengambilan sekret harus dilaksanakan pada hari siklus tertentu, sesuai pada fase-fase pada siklus haid. Sediaan vaginal biasanya harus diambil pada hari siklus ke-8, 14, 19 dan 22 atau hari siklus ke-8, 15 dan 22.
4. Untuk penilaian postmaturitas, pengambilan sekret vaginal dilakukan bila umur kehamilan telah melewati waktu dua minggu melebihi dari tanggal tafsiran partus dan ketuban janin harus masih utuh (belum pecah).
Penggunaan apusan Pap untuk deteksi dan diagnostik lesi prakanker dan kanker serviks, untuk menghasilkan interpretasi yang akurat diperlukan syarat-syrat sebagai berikut:
1. Bahan pemeriksaan harus berasal dari portio serviks (sediaan servikal) dan dari mukosa endoserviks (sediaan endoservikal).
2. Pengambilan apusan Pap dapat dilakukan setiap waktu diluar masa haid yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai masa premenstruasi.
3. Apabila penderita mengalami gejala perdarahan di luar masa haid dan dicurigai disebabkan oleh kanker serviks, maka sediaan apusan harus dibuat saat itu, walaupun ada perdarahan.
4. Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan bahan apusan Pap sedapat mungkin diusahakan yang memenuhi syarat, untuk menghindari hasil pemeriksaan negatif palsu.
FIKSASI SEDIAAN APUSAN PAP
Sediaan sitologi apusan Pap dapat difiksasi dengan berbagai macam bahan fiksasi, tetapi yang umum dilakukan saat ini adalah fiksasi basah dengan cairan alkohol 95% atau fiksasi kering dengan hair spray. Macam-macam bahan fiksasi sediaan sitologi apusa Pap adalah:
1. Alkohol 95% (alkohol teknik, tidak perlu alkohol PA).
2. Alkohol eter dengan perbandinagn 1:1.
3. Fiksasi kering dengan cytotrep, dryfix atau hair spray.
Hair spray untuk rambut merupakan bahan fiksasi yang cukup baik untuk seidaan sitologi apusan Pap. Fiksasi yang tepat memegang peranan penting untuk dapat menghasilkan sediaan yang baik. Prinsip fiksasi adalah memasukkan sediaan ke dalam cairan fiksasi secepat mungkin, sewaktu sekret masih segar dan jangan ditunggu sampai kering baru difiksasi, karena akan terjadi defek pengeringan pada sediaan, yang dapat menyulitkan interpretasi sediaan sitologi, terutama untuk interpretasi sitologi hormonal.
CARA FIKSASI BASAH
Setelah sediaan selesai dibuat, sewktu sekret masih segar, masukkan segera ke dalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan atau dapat pula sediaan itu dikirim dalam botol bersama cairan fiksasinya.
CARA FIKSASI KERING
Setelah sediaan selesai dibuat, sewaktu sekret masih segar, semprotkan segera hair spray pada kaca objek yang mengandung apusan sekret tersebut, dengtan jarak kurang lebih 10-15 cm dari kaca objek, sebanyak 2-4 kali. Kemudian keringkan sediaan dengan membiarkannya di udara terbuka selam 5-10 menit. Setelah kering, sediaan siap dikirim ke laboratorium sitologi.
CARA MENGIRIM SEDIAAN APUSAN PAP
Untuk mengirim sediaan apusa Pap ke laboratorium sitologi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: dikirim ke laboratorium oleh kurir/penderita sendiri dan dikirim laboratorium melalui pos.
PULASAN SEDIAAN APUSAN PAP
Pulasan sediaan apusan Pap adalah pulasan Papanicolau. Untuk pulasan ini digunakan zat-zat warna Harris hemotoxylin, orange-G dan polychrome (EA-50).
HASIL PULASAN
Sel epitel: inti berwarna biru gelap atau hitam gelap.
Nucleoli berwarna merah dan sitiplasma berwarna merah muda (eosinofil) atau hijau kebiruan. Sel darah merah berwarna merah terang, sel leukosit berwarna biru muda dengan inti berwarna biru hitam. Bakteri berwarna abu-abu.
Trichomonas: berwarna biru keabu-abuan.
Monilia: hifa berwarna merah muda dan spora berwarna merah.
PENYEBAB HASIL PULASAN YANG TIDAK BAIK
1. Pulasan yang tidak baik biasanya disebabkan oleh oleh hal-hal sebagai berikut:
2. Sediaan mengalami defek pengeringan sebelum difiksasi. Semua sel yang terlihat dalam sediaan berwarna merah muda dan tidak ada perbedaan warna antara sitoplasma dan inti.
3. Fiksasi yang tidak adekuat.
4. Menggunakan kaca objek nyang belum dibersihkan atau berminyak.
5. Menggunakan zat warna atau alcohol yang tidak adekuat.
6. Menggunakan warna pulasan tidak tepat.
7. Dehidrasi kurang sempurna pada waktu proses pulasan.
8. Pengeringan selama jalannya pemulasan sediaan.
KESALAHAN UMUM PADA PEMBUATAN DAN PEMROSESAN SEDIAAN APUSAN PAP:
3. Apusan secret yang tidak cukup/tidak memadai.
4. Sediaan terlalu tebal dengan penyebaran yang tidak merata di atas kaca objek.
5. Secret apusan diambil dari lokasi yang salah, misalnya dari dinding posterior vagina, yang seharusnya dari portio serviks.
6. Menggunakan kaca objek yang belum dibersihkan dari lapisan lemaknya.
7. Pengeringan di udara sebelum difiksasi atau selama proses pulasan.
8. Fiksasi yang kurang sempurna, mungkin waktunya terlalu singkat atau kadar alcohol terlalu rendah jauh dari yang seharusnya.
9. Pulasan yang tidak memadai, misalnya waktunya tidak tepat, dehidrasinya kurang sempurna atau kesalahan pada pembuatan campuran zat warna pulasan.
SIMPULAN
Pap smear adalah salah satu acara untuk melakukan deteksi dini adany kanker leher rahim/serviks. Banyak hal yang harus diperhatikan ketika malakukan pemeriksaan ini agar skrining yang dilakukan tidak menghasilkan negatif palsu, artinya penderita yang menderita kanker leher rahim/serviks benar-benar dapat diobati secara dini. Kesalahan pada laboratorium seperti kesalahan skrining serta kesalahan interpretasi juga dapat mengakibatkan hasil positif palsu yang tinggi. Hasil negatif palsu berkisar 5-50%, yang meliputi 62% akibat kesalahan pengambilan sampel, 15% akibat kesalahan skrining dan 23% karena kesalahan interpretasi (Indarti, 2000: 2). Suatu laboratorium sitologi yang baik tidak akan memberikan hasil negatif palsu lebih dari 10% untuk laboratorium sitologi.

DAFTAR PUSTAKA

Alit Artha. 2000. Teknik Pengambilan dan Terminologi Pelaporan Tes-Pap. Bali: FK Udayana.
Dini Kasdu. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara.
Julisar Lestadi. 1995. Penuntun Diagnostik Praktis Sitologi Hormonal Apusan Pap. Jakarta: RSPAD Gatot Subroto.
Junita Indarti. 2000. Pelatihan Pap Smear: Pitfalls pada Pap Smear. Denpasar.
Poedjo Hartono. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim dan Masalah Skrining di Indonesia. Denpasar.