Senin, 16 Februari 2009

INFEKSI RENDAH ALAT GENITALIA

INFEKSI RENDAH ALAT GENITALIA

Pada wanita terdapat hubungan didunia luar dengan rongga peritoneum melalui vulva, vagina, uterus dan tuba fallopii. Radang pada alat-alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita, atau penyakit bias sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat menahun, atau penyakit dari permulaan sudah menahun. (Ilmu Kandungan,2005,hal:269 dan 271)
Infeksi Rendah Alat Genital terdiri dari:
1. VULVITIS
Vulva terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut = mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dengan orifisium urethra eksternum, glandula bartholoni, dan glandula paraurethralis.
Pada radang vulva (vulvitis), vulva membengkak, merah dan agak nyeri, kadang-kadang disertai gatal.
Umumnya vulvitis dapat dibagi dalam 3 golongan:
a. Bersifat local
Yang termasuk kedalam golongan vulvitis local ialah:
1) Infeksi pada kulit termasuk rambut, kelenjar-kelenjar sebasea, kelenjar -kelenjar keringat.
Infeksi ini timbul karena trauma luka atau sebab lain dan dapat menimbulkan folikulitis, furunkulosis, hidradenitis, dsb.
2) Infeksi pada orifisium urethra eksternum, glandula paraurethralis. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh gonorea.
3) Infeksi pada glandula bartholini (bartholinitis)
Bartholinitis sering kali timbul pada gonorea, akan tetapi dapat pula mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus atau basil koli. Pada bartholinitis akuta kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih panas daripada daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya atau jika duktus tersumbat, mengumpul didalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, keadaan bias diatasi dengan antibiotika, jika sudah bernanah mencari jalan sendiri atau harus dikeluarkan dengan sayatan. Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kistha bartolini. (ilmu Kandungan,2005, hal:272).
Pengobatan kista bartholini dengan memberikan analgetik dan antibiotic spectrum luas. Jika terjadi abses harus dilakukan marsupialisasi. (Dasar-dasar Obstetri dan ginekologi edisi 6,2002,hal:241)
b. Timbul bersama-sama atau sebagai akibat vaginitis
c. Merupakan permulaan atau manifestasi dari penyakit umum.
Dalam golongan vulvitis sebagai permulaan atau manifestasi penyakit umum, terdapat antara lain:
1. Penyakit-penyakit kelamin yang dianggap penyakit kelamin klasik ialah gonorea, sifilis, ulkus moll, limfogranuloma venerum, dan granuloma inguinale
2. Tuberkolosis
3. Vulvitis disebabkan oleh infeksi karena virus. Termasuk disini limfogranuloma venerum, herpes genitalis dan kondiloma akuminata
4. Vuvitis pada diabetes mellitus
Pada vulvitis diabetika vulva merah dan sedikit membengkak. Keluhan terutama rasa gatal, disertai rasa nyeri. Jaringan pada penderita diabetes mengandung kadar glukosa yang lebih tinggi dan air kencing dengan glukosuria menjadi penyebab peradangan. Oleh karena itu pada penderita dengan vulvitis yang sebabnya tidak terang, perlu dipikirkan adanya diabetes. Vulvitis diabetika kadang-kadang disertai dengan monoliasis. Terapi terdiri atas penguasaan penyakit diabetes mellitus dan pengobatan local.
(Ilmu Kandungan,2005,hal:272-273,275)

TIPE UMUM DARI VULVITIS

Infeksi jamur adalah yang umum sebagai penyebabnya.
Tipe-tipe vulvitis dibagi menjadi 4 macam:
· Vulvitis atrofi; disebabkan karena kekurangan estrogen yang di tandai dengan kulit yang tipis dan rasa gatal dan perih
· Vulvitis karena alergi atau iritasi disebabkan oleh persentuhan dengan bahan-bahan kimiawi seperti pelembut kain, deodorant, sabun dan parfum.
· Vestibulitis vulva; ditandai rasa nyeri yang hebat dan perih pada vestibulum dari vulva.
· Neuralgia nervus pudendus disebabkan oleh kompresi akar saraf sacral atau trauma obstetric dengan gejala rasa nyeri yang tidak mau hilang.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal:263)

EVALUASI PASIEN DENGAN VULVITIS
v Anamnesis harus meliputi sifat, lama dan lokasi dari gejala serta diagnosis dan terapi sebelunya. Bilamana pasien sudah pernah dilakukan biopsy sebelumnya, biopsy tetap harus dilakukan untuk ditinjau ulang.
v Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum vulva untuk lesi.
v Pencucian dengan larutan encer asam asetat (3-5%) berguna untuk mendapatkan lesi hiperkeratonik dan pewarnaan dengan birutoluidin berguna untuk mendapatkan hyperplasia.
v Penilaian laboratorium terdiri dari kultur ulkus untuk virus herpes dan biopsy untuk lesi-lesi yang dicurigai.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal:263)


2. VAGINISTIS
Tanda dan gejala vaginistis :
Gejala yang penting pada vaginistis ialah leukorea, terdiri dari cairan yang kadang-kadang bercampur dengan lender, dan dapat menjadi mukopurulen, rasa gatal dan membakar. Vaginitis biasanya disertai oleh vulvitis. Permukaan vagina dan vulva pada vulvovaginitis menjadi agak merah dan bengkak, pada vagina dapat pula ditemukan bintik-bintik merah. (Ilmu Kandungan,2005,hal 275-276)
Tipe-tipe vaginitis yang biasa:
a. Vaginosis bacterial
ü Gejala-gejalanya terdiri dari pengeluaran cairan yang bertambah dan berbau tidak disertai rasa gatal atau perih.
ü Diagnosis ditegakkan dengan sediaan basah bila terdapat “clue cells” dan butir darah putih minimal. Pewarnaan Gram akan memberi nilai 7-10, pH vagina lebih besar dari 4,5 dan uji coba bau biasanya positif.
ü Terapi vaginosis bacterial adalah dengan pemberian metronidazole atau klindamisin yang kelihatannya sama efektif melalui oral atau vaginal.

obat
dosis
Lama terapi
Metronidazole
250 mg 3x1
5-7 hr

500 mg 2x1
5-7 hr

2 gram
Satu dosis

2 gram
Hari ke-1 dan ke-3

Gel vagina
7hr
Klindamisin
300 mg 2x1
7hr

Krim vagina
5hr
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal 261)
b. Vaginistis karena jamur
Ø Disebabkan oleh candida albican (80%) dan candida spesies lain, torulopsis atau spesies lain
Ø Gejala-gejalanya adalah gatal dan perih dan pengeluaran cairan yang meningkat.
Ø Diagnosis dibuat dengan identifikasi jamur dengan sediaan KOH.
Ø Terapinya dengan macam-macam imidazol vagina seperti tablet vagina asam borat (borid acid), sediaan-sediaan anti jamur oral seperti ketokonazol atau flukonazol.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal 261-262)
c. Trikomonas Vaginalis
§ Trikomonas vaginalis adalah jenis protozoa yang berflagella yang ditularkan melalui seksual yang menyebabkan pengeluaran cairan yang berwarna hijau-kuning dan peradangan, eritema, dan edema pada vagina, rasa nyeri, gatal, dan berbau.
§ Diagnosis dibuat dengan sediaan basah
§ Terapinya menggunakan metronidazole dengan dosis 2 gram atau 250 mg 3x1 selama 7 hari dan untuk pencegahan dilakukan pengobatan semua partner seksual.
(Obstetri dan Ginekologi,2001,hal 262)
§ Pasien juga bisa diberikan tinidazol per oral dosis tunggal 3 gram.
§ Swab vagina diambil setelah 7 hari pengobatan dan jika masih ada flagella diberikan dosis kedua dan selanjutnya dilakukan swab berikutnya pada 2 bulan setelah pengobatan tadi, efek sampingnya adalah rasa mual.
(Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi edisi 6,2002,hal 243)
d. Kandidiasis
o Vulvovaginitis karena infeksi dengan kandida albikans mnyebabkan keputihan berwarna putih dan merasa sangat gatal
o Diagnosis dibuat dengan cara pemeriksaan seperti trikomonas vaginalis yaitu pada sediaan tampak jamur ditengah-tengah leukosit.
o Terapi : tablet vaginal mycostati (10.000 unit) dimasukkan dalam vagina 1-2 tablet sehari selam 14 hari dan derivate imidazole sebagai salep untuk dimasukkan dalam vagina dan econazole dalam bentuk supositorium.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 278-279)
e. Hemofilus Vaginalis Vaginistis
Gejala vaginitis adalah keputihan yang berwarna putih bersemu kelabu kadang-kadang kekuning-kuningan dengan bau yang kurang sedap dan gatal yang dapat ditularkan melalui hubungan sekaual.
Diagnosis dibuat dengan pemeriksaan seperti yang digambarkan pada pemeriksaan trikomonas vaginalis, pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, leukosit yang tidak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik-bintik yang dinamakan clue-cells.
Terapi harus diberikan kepada suami istri berupa ampisilin 2 gram sehari untuk 5 hari dan kepada wanita dapat diberi betadine vaginal douche. (Ilmu Kandungan,2005,hal 279).

f. Vaginistis Atrofikan atau Senilis
· Biasanya dialami sesudah menopause yang menyebabkan keputihan dan rasa gatal dan pedih.
· Terapi terdiri atas pemberian estrogen per os (premarin 1,25 mg atau oestrogen-feminal 1,25 mg) tiap malam dan pemberian dienestrol krem, premarin vaginal cream atau 0,1 mg supositorium dietil stilbestrol pervaginam untuk 30 malam.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 279)
g. Vaginistis Emfisematosa
Ø Penyakit ini pada umumnya dijumpai pada wanita hamil dengan ditemukan radang dengan gelembung-gelembung kecil berisi gas pada dinding vagina dan porsio uteri.
Ø Penyebab infeksi belum diketahui dan pengobatannya simptomatis.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 280).

3. SERVIKS UTERI
Radang pada serviks uteri bias terdapat pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum atau pada endoserviks uteri
Macam-macamnya adalah:
a) Servisitis Akuta
Servisitis akuta adalah infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorea dan pada infeksi post abortus atau post partum yang disebabkan oleh streptokokus, stafilokokus yang ditandai dengan serviks merah dan membengkak dengan pengeluaran cairan mukopurulen
b) Servisitis Kronika
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoservik dan kelenjar-kelenjarnya lalu menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan:
1. Serviks kelihatan normal
Hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servisitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
2. Pada porsio uteri disekitar ostium uteri ektsernum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
3. Sobekan pada serviks uteri yang lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina dan karena radang menahun, serviks bias menjadi hipertrofis dan mengeras, secret mukopurulen bertambah banyak.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan apusan menurut papanicolaou yang bisa diikuti oleh biopsi .
Terapinya:
Pengobatan yang baik ialah dengan jalan kauterisasi radial dengan termaukauter atau dengan krioterapi, sesudah itu terjadi nekrosis jaringan yang meradang, terlepas kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan sehat. Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh kedalam kanalis servikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endoserviks.
c) Erosio Servisitis Uteri
Erosio servisitis uteri adalah adanya disekitar ostium uteri eksternum suatu daerah berwarna merah yang disebabkan oleh epitel torak endoserviks dengan stroma vascular dibawahnya tumbuh sampai diluar ostium uteri eksternum dengan mendesak epitel tatah yang normal.
(Ilmu Kandungan,2005,hal 280-282)











DAFTAR PUSTAKA


Rahburn,William F.2001.Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:Widya Medika.
Chamberlain, Geoffrey.1994.Obstetri dan Ginekologi Praktis.Jakarta :Widya Medika.
Llewellyn, Jones Derek.2002.Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:Hipocrates.
Prawirohardjo, Sarwono.2005.ILmu Kandungan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar