Senin, 20 September 2010

Kista Bartholini dan Fibroma Vulva

KISTA KELENJAR BARTHOLINI
DAN FIBROMA VULVA

Tumor Jinak Vulva
Tumor jinak di daerah vulva yang banyak dijumpai adalah kista kelenjar bartholini dan fibroma vulva

1. Kista Kelenjar Bartholini
Adalah tumor vulva yang paling lazim. Ini muncul sebagai suatu pembengkakan di bagian posterolateral pada introitus, biasanya secara unilateral.
Kista biasanya berdiameter 2 cm, tetapi dapat sampai 8 cm, kista itu mengandung lendir yang storil bila ditusuk kecuali yang mengalami pembesaran. Ini biasanya asiptomatik. Infeksi sekunder kadang-kadang terjadi sehingga menimbulkan abses bartholini
Terapi
Dengan marsupialisasi pada kelenjar untuk menciptakan saluran fistulous diantara kista atau dinding duktus dan kulit. Pada tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuat pada kulit sayatan.

2. Etiologi
Infeksi kelenjar bartholini disebabkan oleh E coli, streptokokus, sering timbul pada gonorea, pada bartholinitis akut kelenjar membesar merah, nyeri dan lebih panas dan pada daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya / jika duktus tersumbat, mengumpul didalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Radang pada glanuda bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartholini (Wiknjosastro, 1999 : 272).




3. Penggolongan
Infeksi pada gld bartholini dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Bartholini akut
Bartholini akut ini dapat berupa pembengkakan pada grandula bartholini dan dapat pula berwujud abses bartholini
b. Bartholini kronik
Bartholini kronik dapat berwujud sebagai kista bartholini. Kista bartholini ini terbentuk karena infeksi yang berulang dan akhirnya dapat menahun dalam bentuk kista.
Bartholini akut dan kronis hanya bisa dibedakan dengan melihat durasi waktu terjadinya yaitu mendadakn / berulangkali (Wiknjosastro, 1999 : 272).

4. Tanda dan Gejala
Ada 2 jenis infeksi pada bartholini linitis, pada kedua jenis infeksi tersebut akan memberikan gambaran yang berbeda
a. Bartholinitis Akut
Pada pasien yang mengalami bartholinitis akut ini akan merasakan keluhan berupa kelenjar membesar, merah dan merasa nyeri pada daerah tersebut bahkan sampai daerah perineum serta rasa panas, pada tahap ini isi dari kelenjar yang membengkak cepat sekali menjadi nanah yang dapat dikeluarkan melalui duktus. Bila duktus / saluran grandula bartholini ini tersumbat luka, nanah akan menggumpal di dalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang abses ini akan membesar sebesar telur bebek.
b. Bartholini Kronis
Bartholini kronis yang berwujud kista bartholini pada umumnya penderita sudah tidak mengeluh rasa nyeri dan panas seperti yang terdapat pada bartholiniitis akut. Pada kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan. Akan tetapi kadang-kadang dirasakan sebagai benda berat dan atau menimbulkan kesulitan pada coitus. (Wiknjosastro, 1999 : 272)
Kista bartholini biasanya berdiameter sekitar 2 cm tetapi dapat sampai 8 cm. Kista itu mengandung lendir yang steril bila ditusuk, ini biasanya asimptomatik. Infeksi sekunder kadang-kadang terjadi sehingga menimbulkan abses bartholini (Hacker, 2001 : 374)
Kista bartholini biasanya kecil antara ukuran ibu jari dan bola pingpong, tidak terasa nyeri dan tidak menganggu coitus bahkan kadang-kadang tidak didasari penderita. Tetapi ada pula yang sebesar telur ayam (Wiknjosastro, 1999 : 441).

c. Patofisiologis
Infeksi genetalia pada wanita yang biasanya terjadi dengan jalan bersetubuh dan jarang sekali dengan jalan lain. Vulvoginitis dan gonorrhea pada anak-anak perempuan terjadi lewat tangan, handuk dan sebagainya dari orang yang menderita gonorrhea. Masa inkubasi berbeda-beda yaitu beberapa jam sampai 2 atau 3 hari.
Bila saluran bartholini tersebut dapat pecah melalui mukosa atau kulit, kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren / menjadi kista (Djuanda, 2005 : 370).

d. Penatalaksanaan
Jika kitsa tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu dilakukan apa-apa akan tetapi jika sebaliknya perlu dilakukan tindakan pembedahan (Wiknjosastro, 1999 : 272).
Ada 2 teknik bedah dalam penatalaksanaan kista bartholini yaitu dengan ekstirpasi dan narsupialisasi (Wiknjosastro, 1999 : 272).

5. Fibrioma Vulva
Fibrioma vulva merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat vulva, bertangkai dan berllokausasi seringkali dibibir besar (labium mayus). Diameternya dapat beberapa sentimeter, sampai mempunyai berat beberapa kilogram. Pengobatan fibroma vulva, adalah dengan jalan memotong tangkainya serta menjahit kembali sehingga tidak terjadi perdarahan. Bidan dilapangan yang menemukan fibroma vulva sebaiknya mengkonsultasikan dengan puskesmas atau dokter ahli.
(Ida Bagus Gde Manuaba, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan Jakarta. EGC. 1998)



























DAFTAR PUSTAKA


Andhi Juanda, 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. FKUI

Manuaba, Ida Bagus, Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Hacker, Neville F. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates

Tidak ada komentar:

Posting Komentar