Rabu, 08 September 2010

Non Stress Test

aaPENDAHULUAN

1. Latar belakang
Masa perinatal adalah masa rawan. Gangguan pada masa perinatal dapat berakibat pada hambatan kualitas hidup manusia di kemudian hari. Oleh karena itu, optimalisasi tumbuh kembang pada masa perinatal, terutama pada fase pesat tumbuh otak, sangat dibutuhkan untuk mencapai peningkatan kualitas hidup manusia. Kesehatan ibu sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan anak yang dikandung dan diasuhnya. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin, bahkan sejak janin dalam kandungan, yang merupakan masa kritis bagi berlangsungnya hidup manusia. Masalah kesehatan pokok yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok ibu dan anak. Angka kematian perinatal di Indonesia masih cukup tinggi, 40 per 1000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi angka tersebut, antara lain penyakit dan perkembangan kesehatan ibu dan janin, serta semua hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, baik langsung maupun tidak langsung. (1)
Angka morbiditas dan mortalitas perinatal merupakan kualitas pelayanan obstetri disuatu negara. Angka kematian perinatal masih jauh diatas rata-rata negara maju, yaitu 60-170 berbanding kurang dari 10 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu jenis pemantauan yang dilakukan untuk memantau kesejahteraan janin adalah dengan melakukan pemantauan Non Stress Test.
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan hal yang penting dalam pengawasan janin, terutama saat persalinan. Dukungan tehnologi sangat berperan dalam kemajuan pemantauan janin. Asuhan antenatal modern memerlukan tatalaksana yang efisien, efektif, andah dan komprehensif. Pemantauan kesejahteraan janin sudah merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga medis dan paramedis yang melakukan asuhan ante natal dan asuhan persalinan. Standarisaasi pemantauan sudah merupakan suatu prasyarat yang harus dipenuhi agar evaluasi keberhasilan atau kegagalan pemantauan kesejahteraan janin yang dikaitkan ddengan luaran perinataldapat dilaksanakan dengan baik. Bila ini dapat dilaksanakan denngan baik, diharapkan angka kematian perinatal dapata diturunkan.
Pemantauan kesejahteraan janin merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan kehamilan dan persalinan. Tehnologi yang begitu cepat berkembang
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Agar dapat memahami tentang Non Stress Test dan Oxytocin Challenge Test secara lebih mendetail
b. Tujuan khusus
Agar dapat memahami tentang :
1). Pengertian NST dan OCT
2). Maksud dan tujuan NST dan OCT
3). Indikasi NST dan OCT
4). Kontraindikasi NST dan OCT
5). Cara pemeriksaan
6). Interpretasi hasil




NON STRESS TEST

1. Pengertian
The Fetal Non-Stress test is a simple, non-invasive test performed in pregnancies over 28 weeks gestation. The test is named “non-stress” because no stress is placed on the fetus during the test.
Merupakan cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin.
2. Maksud dan tujuan
This test can be done in the later stages of pregnancy. It is more frequently used in cases where the mother is going past her assigned due date to ensure fetal well-being. In some cases it is done as a precaution after problems in a previous pregnancy or because of high risk factors such as diabetes, intrauterine growth retardation (IUGR), etc.
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung janin dalam hubungannya dengan gerakan /aktifitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar denyut janin (baseline0, variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai gerakan /aktifitas janin (Fetal Activity Determination/ FAD)
Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.
Yang dinilai adalaah gambaran denyut jantung janin dalam hubungannya dengan gerakan atau aktifitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
3. Indikasi
A NST may be performed if:
a. You sense that the baby is not moving as frequently as usual
b. You are overdue
c. There is any reason to suspect that the placenta is not functioning adequately
d. You are high risk for any other reason
e. Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta
f. Dilakukan pada umur kehamilan 38 sampai 42 minggu (awal trimester III)
4. Komplikasi
Hipotensi ortostatik
5. Cara pemeriksaan
a. Pasien berbaring dalam posisi semi-Fowler, atau sedikit miring ke kiri. Hal ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya hipotensi.
b. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan frekuensi pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit (hasilnya dicatat pada kertas KTG).
c. Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara: • Menanyakan kepada pasien. • Melakukan palpasi abdomen. • Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG).
d. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin lainnya, atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau dengan menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut).
e. Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 – 160 dpm).
f. Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm).
g. Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5 - 25 dpm).
h. Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.
6. Interpretasi hasil.
a. Reaktif:
1) Terdapat gerakan janin sedikitnya 2 kali dalam 20 menit, disertai dengan akselerasi sedikitnya 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120 – 160 dpm.
3) Variabilitas djj antara 5 – 25 dpm atau 6 atau lebih per menit
4) Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola “omega” pada NST yang reaktif beraati janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian
5) Pada pasien diabetes mellitus tipe IDDM pemeriksaan diulang tiap hari, tipe yang lain dulang tiap minggu
b. Non-reaktif:
1) Gerakan janin kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit,
2) Tidak terdapat akselerasi pada denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar
3) Frekuensi dasar djj abnormal (kurang dari 120 dpm, atau lebih dari 160 dpm).
4) Variabilitas djj kurang dari 2 dpm.
c. Meragukan:
1) Gerakan janin kurang dari 2 kali dalam 20 menit, atau terdapat akselerasi yang kurang dari 15 dpm.
2) Frekuensi dasar djj abnormal.
3) Variabilitas djj antara 2 – 5 dpm.

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti dengan keadaan janin yang baik sampai 1 minggu kemudian (spesifisitas 95% - 99%). Hasil NST yang non-reaktif disertai dengan keadaan janin yang jelek (kematian perinatal, nilai Apgar rendah, adanya deselerasi lambat intrapartum), dengan sensitivitas sebesar 20%. Hasil NST yang meragukan harus diulang dalam waktu 24 jam. Oleh karena rendahnya nilai sensitivitas NST, maka setiap hasil NST yang non-reaktif sebaiknya dievaluasi lebih lanjut dengan contraction stress test (CST), selama tidak ada kontraindikasi.
OXITOCYN CHALLENGE TEST

1. Pengertian
Merupakan cara pemeriksaan janin dengan menggunakan
kardiotokografi. Untuk melihat hubungan perubahan denyut jantung janin dengan kontraksi uterus (ekstrinsik).
2. Maksud dan tujuan
Pemeriksaan ini untuk melihat hubungan perubahan denyut jantung janin dengan kontraksi rahim (ekstrinsik).
3. Indikasi
a. Tes tanpa kontraksi yang tidak reaktif
b. Diabetes Mellitus
c. Pre Eklamsi
d. Hipertensi Kronis
e. Pertumbuhan janin terhambat
f. Kehamilan lewat waktu
g. Pernah mengalami lahir mati
h. Ketagihan narkotika
i. Hemoglopati akibat sel sicle
j. Penyakit paru kronis
4. Kontra Indikasi
a. Luka parut pada rahim
b. Kehamilan ganda sebelum umur kehamilan 37 minggu
c. Ketuban pecah sebelum waktunya
d. Kemungkinan persalinan kurang bulan
e. Perdarahan antepartum
f. Inkompetensi servik atau pasca operasi servik
5. Cara Pemeriksaan:
Mengusahakan terbentuknya 3 kontraksi rahim dalam 10 menit
a. Pasien ditidurkan secara semi fowler dan miring ke kiri
b. Tekanan darah diukur setiap 10-15 menit, dicatat di kertas monitor
c. Dipasang kardio dan tokodinamometer
d. Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar seperti: frekuensi, akselerasi, variabilitas denyut jantung, gerakan janin dan kontraksi rahim yang spontan
e. Pemberian tetesan oksitosin
a. Bila telah ada kontraksi uterus spontan tapi kontraksi < 3x/ 10 menit, tetesan dimulai dengan 0,5 mIU/ menit (10 tetes/ menit)
b. Bila belum ada kontraksi uterus, tetesan dimulai dengan 1 mIU/ menit (20b tetes/ menit)
f. Bila kontraksi yang diinginkan belum tercapai, setiap 15 menit tetesan dinaikkan 5 tetes/ menit, sampai maksimal 60 tetes/ menit
g. Tetesan oksitosin dihentikan apabila terjadi:
1. 3 kontraksi dalam 10 menit yang lamanya lebih dari 60 detik
2. Kontraksi uteri hipertonus
3. Deselerasi yang lama
4. Deselerasi lambat
5. Selama 1 jam hasilnya tetap mencurigakan (suspicious)
h. Bila hasil yang diperoleh negatif, mencurigakan maupun tidak memuaskan maka pasien hendaknya tetap diawasi selama 30 menit setelah tetesan oksitosin dihentikan
6. Interpretasi Hasil:
Negatif, bila:
a. tidak terjadi deselerasi lambat
b. variabilitas denyut janin baik
c. terjadi akselerasi pada gerakan janin
d. frekuensi denyut jantung janin normal
Bila hasil OCT negatif maka kehamilan dapat diteruskan sampai 7 hari lagi, selanjutnya dilakukan OCT ulangan


Positif, bila:
a. terjadi deselerasi lambat yang menetap pada sebagian besar kontrksi uterus, meskipun tidak selalu disertai dengan varabilitas yang menurun dan tidak ada akselerasi pada gerakan janin
b. OCT positif menandakan adanya insufisiensi uteroplasenter. Kehamilan harus segera diakhiri, kecuali bila paru-paru belum matang
Mencurigakan, bila:
a. terjadi deselari lambat, yang tidak menetap
b. deselerasi lambat terjadi hanya bila ada kontraksi uterus hipertonus
c. bila dalam pemantauan 10 menit meragukan ke arah positif atau negatif
d. adanya takikardia
e. bila hasilnya mencurigakan maka harus dilakukan pemeriksaan ulang 1-2 hari kemudian
Tidak memuaskan (unsatisfactory), bila:
a. kontraksi uterus kurang dari 3 kali dalam 10 menit
b. pencatatan tidak baik, terutama pada akhir kontraksi
c. dalam hal demikian maka pemeriksaan harus diulang pada hari berikutnya
Hiperstimulasi, bila:
a. ter jadi 5` atau lebih kontraksi uterus dalam 10 menit
b. lama kontraksi 90 detik atau lebih
c. tonus basal uterus meningkat (di atas 20mmhg)
d. dalam hal demikian maka tetesan oksitosin harus dikurangi atau dihentikan

DAFTAR PUSTAKA
1. http://stetoskopmerah.blogspot.com/2009/04/pola-distribusi-penderita-di-bagian.html Pola distribusi penderita di bagian perinatologi anak, RSU Lnagsa, Januari – Desember 1998.
2. file:///D:/Data/net%20s2/perinatologi/2005-Kardiotokografi-PIT-POGI-di-Batam-RSPAD-JJE-.htm Pemeriksaan kardiotokografi dalam kehamilan dan persalinan. Judi januadi endjun, Bambang karsono, sanny Santana.
3. http://pregnancy.about.com/od/nonstresstest/a/nonstresstest.htm
4. http://www.americanpregnancy.org/prenataltesting/non-stresstest.html
5. bagian Obstetri dan Ginekologi fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin. Bandung . 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar