Kamis, 09 September 2010

analisa Standar Kompetensi Bidan 3

B. KAJIAN STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
STANDAR 3 TENTANG : ASUHAN DAN KONSELING SELAMA KEHAMILAN

NO ITEM PERUBAHAN KETERANGAN
I Kompetensi ke-3 :
Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. Bidan memberi asuhan antenatal yang bermutu sesuai dengan kebutuhan ibu, untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu serta pencatatan yang lengkap. - Setiap ibu merupakan individu yang unik dan berbeda secara biopsikososial.
- Pendokumetasian semua asuhan yang diberikan sangat penting untuk tanggung jawab dan tanggung gugat.
II Pengetahuan Dasar :
1. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia khususnya pada wanita Karena kehamilan sangat terkait dengan anatomi dan fisiologi pada wanita.
2. Siklus menstruasi dan proses konsepsi. Cukup jelas
3. Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cukup jelas
4. Tanda-tanda dan gejala kehamilan. Cukup jelas
5. Mendiagnosa kehamilan. Cukup jelas
6. Perkembangan normal kehamilan. Point 6 dihilangkan Karena konten sama dengan point 12
7. Komponen riwayat kesehatan. Komponen riwayat kesehatan meliputi ; riwayat kesehatan ibu dan keluarga. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga dapat mempengaruhi kondisi kehamilan ibu.
8. Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal. Cukup jelas
9. Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan/atau tinggi fundus uteri. Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi dan pergerakan janin pertama kali - TFU bukan untuk menentukan umur kehamilan.
- Pergerakan janin pertama kali dirasakan oleh ibu dapat menjadi acuan dalam menentukan usia kehamilan.
Pemantauan kehamilan dengan menggunakan gravidogram Gravidogram merupakan alat untuk mendeteksi adanya pertumbuhan janin terhambat karena ketidaksesuaian antara tinggi fundus uteri dengan usia persalinan.
10. Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen, molahydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda, kelainan letak serta pre eklamsia. Mengenal komplikasi kehamilan yang meliputi; anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus imminen, molahydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan ganda, kelainan letak serta pre eklamsia. Poin yang disebut merupakan komplikasi dalam kehamilan.
11. Nilai Normal dari pemeriksaan laboratorium seperti Haemaglobin dalam darah, test gula, protein, acetone dan bakteri dalam urine. Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti kadar haemoglobin, glukosa dalam darah dan golongan darah serta protein, aceton dan bakteri dalam urine
untuk menjelaskan pada setiap ibu kondisinya berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium
12. Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuk fisik, ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan. Perubahan fisiologi dari kehamilan, seperti perubahan bentuk fisik, ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan. Perubahan redaksi
13. Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan terhadap keluarga. Cukup jelas
14. Penyuluhan dalam kehamilan, perubahan fisik, perawatan buah dada ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil). Penyuluhan dalam kehamilan, perubahan fisik, perawatan payudara, ketidaknyamanan, kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil). Perubahan redaksi
15. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin sesuai dengan umur kehamilan.
Kebutuhan nutrisi ibu hamil berbeda setiap umur kehamilannya.
16. Penatalaksanaan immunisasi pada wanita hamil. Immunisasi dan penatalaksanaannya pada wanita hamil. Penatalaksanaan pemberian imunisasi harus didasari dengan konsep dasar tentang imunisasi.
17. Pertumbuhan dan perkembangan janin. Cukup jelas
18. Persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi orang tua.
Cukup jelas
19. Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran bayi.
Cukup jelas
20. Tanda-tanda dimulainya persalinan. Cukup jelas
21. Promosi dan dukungan pada ibu menyusukan. Promosi dan dukungan pada ibu menyusui. Perubahan redaksi
22. Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan persalinan dan kelahiran. Cukup jelas
23. Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan. Cukup jelas
II 24. Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan. Cukup jelas
25. Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan. Cukup jelas
26. Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol, dan obat terlarang bagi wanita hamil dan janin.
Cukup jelas
27. Akibat yang ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu terhadap kehamilan, misalnya toxoplasmasmosis. Cukup jelas
28. Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa seperti pre-eklampsia, perdarahan pervaginam, kelahiran premature, anemia berat. Poin ini dihilangkan Secara konten sama dengan poin 10
29. Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin.
Cukup jelas
30. Resusitasi kardiopulmonary. Cukup jelas
III Pengetahuan Tambahan :
1. Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam kehamilan, seperti asma, infeksi HIV, infeksi menular seksual (IMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus. Cukup jelas
2. Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janinnya. Cukup jelas
3. Inisiasi menyusui dini Mempersiapkan ibu dan keluarga untuk melakukan inisiasi dini segara setelah persalinan
4. Penyuluhan pada ibu hamil tentang kontrasepsi pasca salin. - Mempersiapkan keluarga sejak masa kehamilan untuk memilih atau menggunakan alat kontrasepsi setelah persalinan
- Agar ibu ataupun suami tidak terlambat dalam ber-KB
IV Keterampilan Dasar :

1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil. Mengumpulkan data riwayat kehamilan, kesehatan ibu dan keluarga, serta menganalisanya pada setiap kunjungan/pemeriksaan ibu hamil. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga berpengaruh terhadap kehamilan.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap. Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap pada pemeriksaan pertama dan sesuai dengan kebutuhan pada kunjungan selanjutnya
Pemeriksaan fisik pada kunjungan pertama dan ulangan serta usia kehamilan itu berbeda
3. Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundus uteri/posisi/presentasi dan penurunan janin. Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundus uteri/letak/posisi punggung disesuaikan dengan umur kehamilan Penilaian penurunan bagian terendah pada intrapartum

Tujuan penentuan punggung : djj (fleksi –punggung, defleksi-dada) serta pertolongan persalinan pada saat pemutaran paksi luar
4. Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul. Melakukan penilaian pelvik dalam, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul pada usia 32-34 minggu

Pengukuran pelvik dalam pada usia 32-34 minggu dapat mengurangi nyeri pada ibu

Bentuk dan struktur dapat diperiksa dengan Periksa Dalam
Ada penonjolan tulang, bentuk, ukuran.
Oleh karena semua primi harus diperiksa panggul dalamnya atau multi dengan riwayat obstetri yang buruk.

5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung janin dengan menggunakan fetoscope (Pinard) dan gerakan janin dengan palpasi uterus. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung janin dengan menggunakan stetoscope pinard dan gerakan janin dengan palpasi uterus.
Fetoscope merupakan alat untuk inspeksi bukan auskultasi, juga belum umum di gunakan oleh bidan

6. Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan. Cukup jelas
7. Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan pertumbuhan janin. Disatukan dengan poin 8 Poin 7 dan 8 saling berhubungan
8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi kehamilan. Disatukan dengan poin 7
Mengkaji status nutrisi dan kenaikan berat badan ibu hamil dan hubungannya dengan pertumbuhan janin serta komplikasi kehamilan.
Status nutrisi berkaitan erat dengan berat badan.
9. Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda berbahaya serta bagaimana menghubungi bidan.
Cukup jelas
10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis gravidarum tingkat I, abortus imminen dan preeklamsia ringan.
Cukup jelas
11. Menjelaskan dan mendemontrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan yang lazim terjadi dalam kehamilan. Cukup jelas
12. Memberikan immunisasi pada ibu hamil. Cukup jelas
13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat dari: Mengindentifikasi ketidaknormalan pada kehamilan dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat dari:
Penyerderhanaan redaksi
IV a. Kekurangan gizi. Cukup jelas
b. Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA & LGA. Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: Small for Gestation Age & Large for Gestation Age. Tidak menggunakan singkatan agar lebih jelas
c. Preeklamsia berat dan hipertensi. Cukup jelas
d. Perdarahan per-vaginam. Cukup jelas
e. Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm. Kehamilan ganda pada kehamilan aterm. Tanpa kata janin
f. Kelainan letak pada janin kehamilan aterm. Kelainan letak pada kehamilan aterm. Tanpa kata janin
g. Kematian janin. Cukup jelas
h. Adanya adema yang signifikan, sakit kepala yang hebat, gangguan pandangan, nyeri epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi.
Poin ini dihilangakan Konten sama dengan poin 13c
i. Ketuban pecah sebelum waktu (KPD=Ketuban Pecah Dini). Ketuban pecah sebelum waktu (KPSW) Ketuban Pecah Dini terjadi pada intrapartum, sebelum pembukaan 3 cm
j. Persangkaan polyhydramnion. Dihilangkan Kontennya sudah terwakili pada poin (n)
k. Diabetes melitus. Persangkaan Diabetes Melitus Diagnosa pasti melalui pemeriksaan penunjang lainnya.
l. Kelainan congenital pada janin. Persangkaan kelainan kongenital pada janin Diagnosa pasti melalui pemeriksaan penunjang lainnya.
m. Hasil laboratorium yang tidak normal. Cukup jelas
n. Persangkaan polyhydramnion dan kelainan janin. Persangkaan polyhydramnioli dan gohidramnionon serta kelainan janin.

o. Infeksi pada ibu hamil seperti : IMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan saluran nafas. Infeksi pada ibu hamil seperti : HIV/AIDS, IMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan saluran nafas.
HIV/AIDS perlu diwaspadai pada ibu hamil.
14. Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua. Cukup jelas


15. Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi, latihan (senam), keamanan dan berhenti merokok. Cukup jelas




16. Penggunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia. Dihilangkan Penggunaan jamu dan obat-obatan tradisional tidak ada jaminan keamanannya karena dosis dan kandungannya belum melalui penelitian.
V Keterampilan Tambahan :

1. Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ. Cukup jelas
2. Memberikan pengobatan dan/atau kolaborasi terhadap penyimpangan dari keadaan normal dengan menggunakan standar local dan sumber daya yang tersedia. Memberikan pengobatan dan/atau kolaborasi terhadap terhadap komplikasi dalam kehamilan dengan menggunakan standar local dan sumber daya yang tersedia.
Penyerdehanaan redaksi
3. Melaksanakan kemampuan Asuhan Pasca Keguguran. Cukup jelas

Rabu, 08 September 2010

AIDS

AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu.Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara.Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.Sepertiga dari jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak tersedia di semua negara.

Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

Sejarah AIDS
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles,Amerika Serikat.

Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2.

HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan berada di Afrika Barat.

Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata.
Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di Kamerun selatan.
HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu atau pemotongan daging.
Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio.
Namun demikian, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada.

Gejala dan komplikasi
Gejala-gejala utama AIDS.Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga beresiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik,seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.


www.kikil.org/.../Thread-aids-kenali-gejala-penyebab-diagnosis-pencegahan-sejarahnya -







Penyakit paru-paru utama


Foto sinar-X pneumonia pada paru-paru, disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii.

Pneumonia pneumocystis (PCP) jarang dijumpai pada orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik, tetapi umumnya dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV.

Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumocystis jirovecii. Sebelum adanya diagnosis, perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang efektif di negara-negara Barat, penyakit ini umumnya segera menyebabkan kematian. Di negara-negara berkembang, penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS pada orang-orang yang belum dites, walaupun umumnya indikasi tersebut tidak muncul kecuali jika jumlah CD4 kurang dari 200 per µL.

Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi lainnya yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten) melalui rute pernapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah diidentifikasi, dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat merupakan masalah potensial pada penyakit ini.

Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang karena digunakannya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru lainnya, namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV paling banyak ditemukan. Pada stadium awal infeksi HIV (jumlah CD4 >300 sel per µL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HIV, ia sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh lainnya (tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik (konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencernaan, hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional), dan sistem syaraf pusat.Dengan demikian, gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya penyakit ekstrapulmoner.



Penyakit saluran pencernaan utama

Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofagus), yaitu jalur makanan dari mulut ke lambung. Pada individu yang terinfeksi HIV, penyakit ini terjadi karena infeksi jamur (jamur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-1 atau virus sitomegalo). Ia pun dapat disebabkan oleh mikobakteria, meskipun kasusnya langka.

Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena berbagai penyebab, antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti Salmonella, Shigella, Listeria, Kampilobakter, dan Escherichia coli), serta infeksi oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, Mycobacterium avium complex, dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan penyebab kolitis).

Pada beberapa kasus, diare terjadi sebagai efek samping dari obat-obatan yang digunakan untuk menangani HIV, atau efek samping dari infeksi utama (primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat juga merupakan efek samping dari antibiotik yang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnya pada Clostridium difficile). Pada stadium akhir infeksi HIV, diare diperkirakan merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran pencernaan menyerap nutrisi, serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang berhubungan dengan HIV.

Penyakit syaraf dan kejiwaan utama

Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung dari penyakit itu sendiri.

~ Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bersel-satu, yang disebut Toxoplasma gondii. Parasit ini biasanya menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis), namun ia juga dapat menginfeksi dan menyebabkan penyakit pada mata dan paru-paru.

~ Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges (membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang) oleh jamur Cryptococcus neoformans. Hal ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.

~ Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel syaraf (akson), sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh virus JC, yang 70% populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten, dan menyebabkan penyakit hanya ketika sistem kekebalan sangat lemah, sebagaimana yang terjadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat (progresif) dan menyebar (multilokal), sehingga biasanya menyebabkan kematian dalam waktu sebulan setelah diagnosis.


~Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental (demensia) yang terjadi karena menurunnya metabolisme sel otak (ensefalopati metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV; dan didorong pula oleh terjadinya pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami infeksi HIV, sehingga mengeluarkan neurotoksin.Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak dalam bentuk ketidaknormalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya jumlah sel T CD4+ dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka kemunculannya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20%,namun di India hanya terjadi pada 1-2% pengidap infeksi HIV.Perbedaan ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan subtipe HIV di India.

Kanker dan tumor ganas (malignan)

Sarkoma Kaposi Pasien dengan infeksi HIV pada dasarnya memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penyebab mutasi genetik,yaitu terutama virus Epstein-Barr (EBV), virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV), dan virus papiloma manusia (HPV).

Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang terinfeksi HIV.
Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun 1981 adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari subfamili gammaherpesvirinae, yaitu virus herpes manusia-8 yang juga disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncul di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan, tetapi dapat menyerang organ lain, terutama mulut, saluran pencernaan, dan paru-paru.

Kanker getah bening tingkat tinggi (limfoma sel B) adalah kanker yang menyerang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening, misalnya seperti limfoma Burkitt (Burkitt's lymphoma) atau sejenisnya (Burkitt's-like lymphoma), diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus, limfoma adalah tanda utama AIDS. Limfoma ini sebagian besar disebabkan oleh virus Epstein-Barr atau virus herpes Sarkoma Kaposi.

Kanker leher rahim pada wanita yang terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma manusia.

Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor lainnya, seperti limfoma Hodgkin, kanker usus besar bawah (rectum), dan kanker anus.
Namun demikian, banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker usus besar (colon), yang tidak meningkat kejadiannya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-tempat dilakukannya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS menurun, namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian yang paling umum pada pasien yang terinfeksi HIV.

Infeksi oportunistik lainnya

Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan gejala tidak spesifik, terutama demam ringan dan kehilangan berat badan.
Infeksi oportunistik ini termasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo.

Virus sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti yang dijelaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retinitis sitomegalovirus), yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Penicillium marneffei, atau disebut Penisiliosis, kini adalah infeksi oportunistik ketiga yang paling umum (setelah tuberkulosis dan kriptokokosis) pada orang yang positif HIV di daerah endemik Asia Tenggara.

Penyebab



HIV yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel tersebut.dilihat dengan mikroskop elektron.

AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV.

HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofag, dan sel dendritik.
HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter (µL) darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan.

Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.

Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih beresiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat.
Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini.

Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV.

HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula.

Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.

Penularan seksual

Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya.

Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih beresiko daripada hubungan seksual insertif tanpa pelindung, dan resiko hubungan seks anal lebih besar daripada resiko hubungan seks biasa dan seks oral.

Seks oral tidak berarti tak beresiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral reseptif maupun insertif.

Kekerasan seksual secara umum meningkatkan risiko penularan HIV karena pelindung umumnya tidak digunakan dan sering terjadi trauma fisik terhadap rongga vagina yang memudahkan transmisi HIV.

Penyakit menular seksual meningkatkan resiko penularan HIV karena dapat menyebabkan gangguan pertahanan jaringan epitel normal akibat adanya borok alat kelamin, dan juga karena adanya penumpukan sel yang terinfeksi HIV (limfosit dan makrofag) pada semen dan sekresi vaginal.

Penelitian epidemiologis dari Afrika Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat kali lebih besar resiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid.
Resiko tersebut juga meningkat secara nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal limfosit dan makrofag.

Transmisi HIV bergantung pada tingkat kemudahan penularan dari pengidap dan kerentanan pasangan seksual yang belum terinfeksi. Kemudahan penularan bervariasi pada berbagai tahap penyakit ini dan tidak konstan antarorang. Beban virus plasma yang tidak dapat dideteksi tidak selalu berarti bahwa beban virus kecil pada air mani atau sekresi alat kelamin. Setiap 10 kali penambahan jumlah RNA HIV plasma darah sebanding dengan 81% peningkatan laju transmisi HIV.

Wanita lebih rentan terhadap infeksi HIV-1 karena perubahan hormon, ekologi serta fisiologi mikroba vaginal, dan kerentanan yang lebih besar terhadap penyakit seksual.

Orang yang terinfeksi dengan HIV masih dapat terinfeksi jenis virus lain yang lebih mematikan.

Kontaminasi patogen melalui darah


"Poster CDC tahun 1989, yang mengetengahkan bahaya AIDS sehubungan dengan pemakaian narkoba."

Jalur penularan ini terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah. Berbagi dan menggunakan kembali jarum suntik (syringe) yang mengandung darah yang terkontaminasi oleh organisme biologis penyebab penyakit (patogen), tidak hanya merupakan resiko utama atas infeksi HIV, tetapi juga hepatitis B dan hepatitis C.

Berbagi penggunaan jarum suntik merupakan penyebab sepertiga dari semua infeksi baru HIV dan 50% infeksi hepatitis C di Amerika Utara, Republik Rakyat Cina, dan Eropa Timur.

Resiko terinfeksi dengan HIV dari satu tusukan dengan jarum yang digunakan orang yang terinfeksi HIV diduga sekitar 1 banding 150.
Post-exposure prophylaxis dengan obat anti-HIV dapat lebih jauh mengurangi resiko itu.

Pekerja fasilitas kesehatan (perawat, pekerja laboratorium, dokter, dan lain-lain) juga dikhawatirkan walaupun lebih jarang.

Jalur penularan ini dapat juga terjadi pada orang yang memberi dan menerima rajah dan tindik tubuh.

Kewaspadaan universal sering kali tidak dipatuhi baik di Afrika Sub Sahara maupun Asia karena sedikitnya sumber daya dan pelatihan yang tidak mencukupi.
WHO memperkirakan 2,5% dari semua infeksi HIV di Afrika Sub Sahara ditransmisikan melalui suntikan pada fasilitas kesehatan yang tidak aman.Oleh sebab itu, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, didukung oleh opini medis umum dalam masalah ini, mendorong negara-negara di dunia menerapkan kewaspadaan universal untuk mencegah penularan HIV melalui fasilitas kesehatan.

Resiko penularan HIV pada penerima transfusi darah sangat kecil di negara maju.
Di negara maju, pemilihan donor bertambah baik dan pengamatan HIV dilakukan. Namun demikian, menurut WHO, mayoritas populasi dunia tidak memiliki akses terhadap darah yang aman dan "antara 5% dan 10% infeksi HIV dunia terjadi melalui transfusi darah yang terinfeksi".

Penularan masa perinatal

Transmisi HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui rahim (in utero) selama masa perinatal, yaitu minggu-minggu terakhir kehamilan dan saat persalinan.

Bila tidak ditangani, tingkat penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan adalah sebesar 25%. Namun demikian, jika sang ibu memiliki akses terhadap terapi antiretrovirus dan melahirkan dengan cara bedah caesar, tingkat penularannya hanya sebesar 1%.

Sejumlah faktor dapat memengaruhi resiko infeksi, terutama beban virus pada ibu saat persalinan (semakin tinggi beban virus, semakin tinggi resikonya). Menyusui meningkatkan resiko penularan sebesar 4%.


Diagnosis

Sejak tanggal 5 Juni 1981, banyak definisi yang muncul untuk pengawasan epidemiologi AIDS, seperti definisi Bangui dan definisi World Health Organization tentang AIDS tahun 1994. Namun demikian, kedua sistem tersebut sebenarnya ditujukan untuk pemantauan epidemi dan bukan untuk penentuan tahapan klinis pasien, karena definisi yang digunakan tidak sensitif ataupun spesifik.

Di negara-negara berkembang, sistem World Health Organization untuk infeksi HIV digunakan dengan memakai data klinis dan laboratorium; sementara di negara-negara maju digunakan sistem klasifikasi Centers for Disease Control (CDC) Amerika Serikat.


Sistem tahapan infeksi WHO

Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.
Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas yang berulang
Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis(TBC).
Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS

AIDS dapat dilihat dari mulut

AIDS
Aids merupakan salah saru penyakit yang sangat menular dan pembunuh masal. sebagian dari kita kadang tidak mengetahui AIDS secara pasti. Berikut saya jelaskan ciri-ciri orang yang terinfeksi AIDS pada rongga mulut.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang ditandai dengan rusaknya system kekebalan tubuh sehingga mudah diserang berbagai macam infeksi. AIDS disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti dari mana mulai berjangkitnya penyakit AIDS. Penyakit AIDS tidak ditularkan melalui kontak biasa, namun ditularkan melalui hubungan seksual, kontak dengan darah yang tercemar HIV dan melalui jarum suntik atau alat kedokteran lainnya yang tercemar HIV. Sebaliknya AIDS tidak dapat ditularkan melalui gigitan serangga, minuman, atau kontak biasa dalam keluarga, sekolah, kolam renanng, WC umum atau tempat kerja dengan penderita AIDS.

Gejala Klinis AIDS
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga beresiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.

Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik,seperti demam, berkeringat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat badan.Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
AIDS mempunyai spectrum yang luas pada gambaran klinis. Pada awal permulaan terdapat gejala-gejala seperti terkena flu. Penderita merasa lelah yang berkepanjangan dan tanpa sebab, kelenjar-kelenjar getah bening dileher, ketiak, pangkal paha membengkak selama berbulan bulan, nafsu makan menurun/hilang, demam yang terus menerus mencapai 39 derajat Celcius atau berkeringat pada malam hari, diarrhea, berat badan turun tampa sebab, luka-luka hitam pada kulit atau selaput lendir yang tidak bias ssembuh, batuk-batuk yang berkepanjangan dan dalam kerongkongan, mudah memar atau pendarahan tanpa sebab. Gejala-gejala awal ini sering disebut AIDS Related Complex (ARC). Bila keadaan penyakit ini meningkat, penyakit ganas lain berkembang seperti: radang paru (penumocytis carinii), kandiasis oesophagus, cytomegalovirus atau herpes, sarcoma kaposi, tumor ganas pembuluh darah.
Manifestasi AIDS dirongga mulut Sekitar 95% penderita AIDS mengalami manifestasi pada daerah kepala dan leher sebagaimana juga menurut Shiod dan Pinborg 1987. Manifestasi di mulut seringkali merupakan tanda awal infesi HIV Infeksi karena jamur (Oral Candidiasis)
Kandiasi nulut sejauh ini merupakan tanda di dalam mulut yang paling sering dijumpai baik pada penderita AIDS maupun AIDS related complex (ARC) dan merupakan tanda dari manifestasi klinis pada penderita kelompok resiko tinggi pada lebih 59% kasus.
Kandiasis mulut pada penderita AIDs dapat terlihat berupa oral thrush, acute atrophic candidiasis, chronic hyperplastic candidiasis, dan stomatis angularis (Perleche).
Infeksi karena virus
Infeksi karena virus golongan herpes paling sering dijumpai pada penderita AIDS dan ARC. Infeksi virus pada penderita dapat terlihat berupa stomatis herpetiformis, herpes zoster, hairy leukoplakia, cytomegalovirus.

Infeksi karena bakteri
Infeksi karena bakteri dapat berupa HIV necrotizing gingivitis maupun HIV periodontitis.
a) HIV necrotizing gingivitis HIV necrotizing gingivitis dapat dijumpai pada penderita AIDS maupun ARC. Lesi ini dapat tersembunyi atau mendadak disertai pendarahan waktu
menggosok gigi, rasa sakit dan halitosis. Necrotizing gingivitis paling sering mengenai gingival bagian anterior. Pada situasi ini, pabila interdental dan tepi gingiva akan tampak berwarna merah, bengkak, atau kuning keabu-abuan karena nekrosis, bakan sering terjadi necrotizing ulcrerative gingivitis yang parah dan penyakit periodontal yang progresif sekalipun kebersihan mulut terjaga dengan baik dan walaupun telah diberikan antibiotika.
b) HIV periodontitis Penyakit periodontal yang berlangsung secara progresif mungkin merupakan indicator awal yang dapat ditemukan pada infeksi HIV. Dokter gigi seyogyanya mendiagnosa secara dini proses kerusakan tulang alveolar tersebut dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan adnya infeksi HIV. Hal ini disebabkan terutama oleh adanya fakta bahwa sejumlah penderita AIDS yang mengalami kerusakan tulang alveolar yang cepat.

Neoplasma
Sarkoma kaposi yang berhubungan dengan AIDS tampak sebagai penyakit yang lebih ganas dan biasanya telah menyebar pada saat dilakukan diagnosa awal. Kira-kira 40% penderita AIDS dengan sarcoma kaposi akn meninggal dalam waktu kurang lebih satu tahun dan biasanya disertai dengan infeksi opotunistik yang lain (misalnya pneumocystic carinii, jamur, virus, bakteri).
Manifestasi mulut sarcoma kaposi biasanya merupakan tanda awal AIDS dan umumnya (50%) ditemukan dalam mulut pria homoseksual. Selain mulut, sarcoma ini juga dapat ditemukan dikulit kepala dan leher. Sarkoma kaposi pada mulut biasanya terlihat mula –mula sebagai macula, nodul dan plak yang datar atau menonjol, biasanya berbewntuk lingkaran dan berwarna merah atau keunguan. Terletak pada palatum dan besarnya dari hanya beberapa millimeter sampai centimeter. Bentuknya tidak teratur, dapat tunggal atau multiple dan biasanya asintomatik, sehingga baru disadari oleh pasien bila lesi sudah menjadi agak besar.

Kardiotokografi

KARDIOTOKOGRAFI JANIN


Pendahuluan

Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyakit penyulit hipoksi janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin dalam rahim. Pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan yang berkaitan hipoksi janin dalam rahim, seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut.
Kardiotokografi (KTG) merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan di atas, melalui penilaian pola denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktifitas janin dalam rahim.
Cara pemantauan ini bisa dilakukan secara langsung (invasive/internal) yakni dengan alat pemantau yang dimaksudkan dengan rongga rahim atau secara tidak langsung (non infasif/eksternal) yakni dengan alat yang dipasang pada dinding perut ibu. Pada saat ini cara eksternal yang lebih populer karena bisa dilakukan selama antenatal ataupun intranatal, praktis, aman, dengan nilai prediksi positif yang kurang lebih sama dengan cara internal yang lebih invasive.

Mekanisme Pengaturan Denyut Jantung Janin
Frekuensi denyut jantung janin rata-rata sekitar 140 denyut permenit (dpm) dengan variasi normal 20 dpm di atas atau di bawah nilai rata-rata. Sehingga harga normal denyut jantung janin antara 120 – 160 dpm (beberapa penulis menganut harga normal djj antara 120 – 150 dpm). Seperti telah diketahui bahwa mekanisme pengaturan djj dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain melalui :
1. Sistem syaraf simpatis, yang sebagian besar berada di dalam miokardium. Rangsangan syaraf simpatis, misalnya dengan obat beta-adrenergic akan meningkatkan frekuensi djj, menambah kekuatan kontraksi jantung dan meningkatkan volume curah jantung. Dalam keadaan stres, sistem syaraf simpatis ini berfungsi mempertahankan aktivitas jantung. Hambatan pada syaraf simpatis, misalnya dengan obat propanolo, akan menurunkan frekuensi dan sedikit mengurangi variabilitas djj.
2. Sistem syaraf parasimpatis, yang terutama terdiri dari serabut n. vagus yang berasal dari batang otak. Sistem syaraf ini akan mengatur nodus SA, VA dan neuron yang terletak diantara atrium dan ventrikel jantung. Rangsangan n. vagus, misalnya dengan asetilkolin, akan menurunkan frekuensi djj, sedangkan hambatan n. vagus, misalnya dengan atropin, akan meningkatkan frekuensi djj.
3. Baroreseptor, yang letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila tekanan meningkat maka reseptor ini akan merangsang n. vagus dan n. glosofaringeus, yang akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung yang berupa penurunan frekuensi djj.
4. Kemoreseptor, yang terdiri dari 2 bagian, yakni bagian perifer yang terletak di daerah karotid dan korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak. Reseptor ini berfungsi mengatur perubahan kadar O2 dan CO2 dalam darah serta cairan otak. Bila kadar O2 menurun dan CO2 meningkat, akan terjadi reflek dari reseptor yang berupa takhicardi dan peningkatan tekanan darah untuk memperlancar aliran darah meningkatkan kadar O2 dan menurunkan kadar CO2. Keadaan hipoksia atau hiperkapnea akan mempengaruhi reseptor perifer dan menimbulkan reflek bradikardi. Hasil interaksi dari kedua macam reseptor tersebut akan menyebabkan bradikardi dan hipertensi.
5. Susunan syaraf pusat. Variabilitas djj akan meningkat sesuai dengan aktivitas otak dan gerakan janin. Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun maka variabilitas djj juga akan menurun. Rangsangan hypothalamus akan menyebabkan takhikardi.
6. Sistem hormonal juga berperan dalam pengaturan djj. Pada keadaan stres, misalnya asfiksia, maka medulla adrenal akan mengeluarkan epinefrin dan non – epinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah.

Karakteristik Gambaran djj
Gambaran djj dalam pemeriksaan KTG ada dua macam :
1. Denyut jantung janin basal (Basal fetal heart rate), yakni frekuensi dasar (baseline rate) dan variabilitas (variability) djj saat uterus dalam keadaan istirahat (relaksasi)
2. Perubahan periodik (reactivity), merupakan perubahan djj yang terjadi saat ada gerakan janin atau kontraksi uterus

Frekuensi Dasar djj (basaline rate)
Dalam keadaan normal, frekuensi dasar djj berkisar antara 120 – 160 dpm. Beberapa penulis menyatakan frekuensi dasar yang normal antara 120-150 dpm. Disebut takhikardi apabila frekuensi dasar > 160 dpm. Bila terjadi peningkatan frekuensi yang berlangsung cepat (< 1-2 menit) disebut suatu ekselerasi (acceleration). Peningkatan djj pada keadaan akselerasi ini paling sedikit 15 dpm di atas frekuensi dasar dalam waktu 15 detik. Bradikardi bila frekuensi dasar <120 dpm. Bila terjadi penurunan frekuensi yang berlangsung cepat (<1-2 menit) disebut deselerasi (deceleration). Takhikardi Takhikardi dapat terjadi pada keadaan : 1. Hipoksia janin (ringan / kronik) 2. Kehamilan preterm (<30 minggu) 3. Infeksi ibu atau janin 4. Ibu febris atau gelisah 5. Ibu hipertiroid 6. Takhiaritmia janin 7. Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik) Biasanya gambaran takhikardi tidak berdiri sendiri. Bila takhikardi disertai gambaran variabilitas djj yang masih normal biasanya janin masih dalam kondisi baik. Bradikardi Bradikardi dapat terjadi pada keadaan : 1. Hipoksia janin (berat/akut) 2. Hipotermi janin 3. Bradiaritmia janin 4. Obat-obatan (propanolol, obat anesthesia lokal) 5. Janin dengan kelainan jantung bawaan Gambaran bradikardi inipun biasanya tidak berdiri sendiri, sering disertai dengan gejala yang lain. Bila bradikardi antara 100-120 disertai dengan variabilitas yang masih normal biasanya menunjukkan keadaan hipoksia tersebut. Bila hipoksia janin menjadi lebih berat lagi akan terjadi penurunan frekuensi yang makin rendah (<100 dpm) disertai dengan perubahan variabilitas yang jelas (penurunan variabilitas yang abnormal). Variabilitas djj (variability) Variabilitas djj adalah gambaran osilasi yang tak teratur, yang tampak pada rekamam djj. Variabilitas djj diduga terjadi akibat keseimbangan interaksi dari sistem simpatis (kardioakselerator) dan parasimpatis (kardiodeselerator). Akan tetapi ada pendapat yang lain mengatakan bahwa varabilitas terjadi akibat rangsangan di daerah kortek otak besar (serebri) yang diteruskan ke pusat pengatur denyut jantung di bagian batang otak dengan perantaraan n. vagus. Variabilitas djj yang normal menunjukkan sistem persyarafan janin mulai dari korteks-batang otak n. vagus dan sistem konduksi jantung semua dalam keadaan baik. Pada keadaan hipoksi otak (asidosis/asfiksia janin), akan menyebabkan gangguan mekanisme kompensasi hemodinamik untuk mempertahankan oksigenasi otak, dalam rekaman kardiotokografi akan tampak adanya perubahan variabilitas yang makin lama akan makin rendah sampai menghilang (bila janin tidak mampu lagi mempertahankan mekanisme hemodiamik di atas). Variabilitas djj dapat dibedakan atas 2 bagian : 1. Variablitas jangka pendek (short term variability) Variabilitas ini merupakan perbedaan interval antar denyut yang terlihat pada gambaran KTG yang juga menunjukkan variasi dari frekuensi antar denyut pada djj. Rata-rata variabilitas jangka pendek djj yang normal antara 2-3 dpm. Arti klinis dari variabilitas jangka pendek masih belum banyak diketahui, akan tetapi biasanya tampak menghilang pada janin yang akan mengalami kematian dalam rahim. 2. Variabilitas jangka panjang (long term variability) Variabilitas ini merupakan gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih jelas tampak pada rekaman KTG dibanding dengan variablitas jangka pendek di atas. Rata-rata mempunyai siklus 3-6 kali permenit. Berdasarkan amplitudo kluktusi osilasi tersebut, variabilitas jangka panjang dibedakan menjadi : a. Normal : bila amplitudo antara 6-25 dpm b. Berkurang : bila amplitudo antara 2-5 dpm c. Menghilang : bila amplitudo kurang dari 2 dpm d. Saltatory : bila amplitudo lebih dari 25 dpm Pada umumnya variabilitas jangka panjang lebih sering digunakan dalam penilaian kesejahteraan janin. Bila terjadi hipoksia otak maka akan terjadi perubahan variabilitas jangka panjang ini, tergantung derajat hipoksianya, variabilitas ini masih normal biasanya menghilang sama sekali. Sebaliknya bila gambaran ini masih normal biasanya janin masih belum terkena dampak dari hipoksia tersebut. Berkurangnya variabilitas djj dapat juga disebabkan oleh beberapa keadaan yang bukan karena hipoksia, misalnya : 1. Janin tidur (keadaan fisiologik dimana aktivitas otak berkurang) 2. Kehamilan preterm (SSP belum sempurna) 3. Janin anencephalus (korteks serebri tak sempurna) 4. Blokade vegal 5. Kelainan jantung bawaan 6. Pengaruh obat-obat narkotik, diazepam, MgSO4 dsb Suatu keadaan dimana variabilitas jangka pendek menghilang sedangkan variabilitas jangka panjang tampak dominan sehingga gambaran sinusoidal. Hal ini sering ditemukan pada : 1. Hipoksia janin yang berat 2. Anemia kronik 3. Fetal Erythroblastosis 4. Rh-Sensitized 5. Pengaruh obat-obat Nisentil, Alpha prodine Perubahan periodik djj Perubahan periodik djj ini merupakan perubahan frekuensi dasar yang biasanya terjadi oleh pengaruh rangsangan gerakan janin atau kontraksi uterus. Ada 2 jenis perubahan frekuensi dasar, yakni : 1. Akselerasi Merupakan respon simpatetik, dimana terjadi peningkatan frekuensi djj, suatu respon fisiologik yang baik (reaktif) dan lebih sering ditemukan pada janin letak sungsang. Diri-ciri akselerasi yang normal adalah dengan amplitudo >15 dpm, lamanya sekitar 15 detik dan terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20 menit.
Yang penting dibedakan antara akselerasi oleh karena kontraksi dan gerakan janin.
a. Akselerasi yang seragam (Uniform Acceleration)
Terjadinya akselerasi sesuai dengan kontraksi uterus
b. Akselerasi yang bervariasi (Variable Acceleration)
Terjadi akselerasi sesuai dengan gerakan atau rangsangan pada janin

2. Deselerasi
Merupakan respon parasimpatis (n. vagus) melalui reseptor-reseptor (baroreseptor / kemoreseptor) sehingga menyebabkan penurunan frekuensi djj.
a. Deselerasi dini
Ciri-ciri deselerasi dini adalah :
- Timbul dan menghilangnya bersamaan / sesuai dengan kontraksi uterus. Gambaran deselerasi ini seolah merupakan cermin kontraksi uterus
- Penurunan amplitudo tidak lebih dari 20 dpm
- Lamanya deselerasi kurang dari 90 detik
- Frekuensi dasar dan variablitas masih normal
Deselerasi dini sering terjadi pada persalinan normal/fisiologis dimana terjadi kontraksi uterus yang periodik dan normal. Deselerasi saat ini disebabkan oleh penekanan kepala janin oleh jalan lahir yang mengakibatkan hipoksia dan merangsang refleks vagal (lihat skema 1).

Skema 1. Mekanisme terjadinya deselerasi dini oleh karena tekanan kepala janin
Kontraksi Uterus
Tekanan kepala janin
Deselerasi Dini
Aliran darah ke otak berkurang
Rangsangan Vagus



b. Deselerasi variabel
Ciri-ciri deselerasi variabel ini adalah :
- Gambaran deselerasi yang bervariasi, bila saat timbulnya, lamanya, amplitudo dan bentuknya
- Saat dimulai dan berakhirnya deselerasi terjadi dengancepat dan penurunan frekuensi dasar djj (amplitudo) bisa sampai 60 dpm.
- Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pra deselerasi) atau sesudah (akselerasi pasca deselerasi) terjadinya deselerasi
- Deselerasi variabel dianggap berat apabila memenuhi rule of sixty yaitu deselerasi mencapai 60 dpm atau lebih di bawah frekuensi dasar djj dan lamanya deselerasi lebih dari 60 detik
- Bila terjadi deselerasi variabel yang berulang terlalu sering atau deselerasi variabel yang memanjang (prolonged) harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang berlanjut.
Deselerasi variabel ini sering terjadi akibat penekanan tali pusat pada masa hamil atau kala I. Penekanan tali pusat ini bisa oleh karena lilitan tali pusat, tali pusat tumbung atau jumlah air ketuban berkurang (oligohidramnio)/ Selama variabilitas djj masih baik, biasanya janin tidak mengalami hipoksia yang berarti. (lihat skema 2). Penanganan yang dianjurkan pada keadaan ini adalah perubahan posisi ibu, reposisi tali pusat bila ditemukan adanya tali pusat terkemuka atau menumbung, pemberian oksigen pad ibu, amnio-infusion untuk mengatasi oligohidramion bila memungkinkan dan terminasi persalinan bila diperlukan

Kontraksi Uterus
Penekanan arteri tali pusat
Hipertensi janin
Baroreseptor
Hipoksin janin
Kemoreseptor
Rangsangaagus
Hipoksi Miokard
Deselerasi variable
Skema 2. Mekanisme terjadinya deselerasi variabel akibat penekanan tali pusat



c. Deselerasi lambat
Ciri-ciri deselerasi lambat adalah :
- Timbulnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus dimulai
- Berakhirnya sekitar 20-30 detik setelah kontraksi uterus menghilang
- Lamanya kurang dari 90 detik (rata-rata 40-60 detik)
- Timbulnya berulang pada setiap kontraksi, dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus
- Frekuensi dasar djj biasanya normal atau takhikardi ringan. Akan tetapi pada keadaan hipoksia yang berat bisa bradikardi
Adapun deselerasi lambat dapat terjadi pada beberapa keadaan yang pada dasarnya semua bersifat patologis. Penurunan aliran darah pada sirkulasi ibu akan menyebabkan janin mengalami hipoksia. Apabila janin masih mempunyai cadangan O2 yang mencukupi dan masih mampu mengadakan kompensasi keadaan tersebut maka tidak tampak adanya gangguan pada gambaran KTG selama tidak ada stres yang lain. Bila terjadi kontraksi uterus, maka aliran darah ke plasenta akan semakin berkurang dan akan memperberat keadaan hipoksia janin. Keadaan terakhir ini akan menyebabkan rangsangan pada kemoreseptor dan n. vagus dan terjadilah deselerasi lambat tersebut. Jarak waktu antara timbulnya kontraksi dan terjadinya deselerasi sesuai dengan waktu yang diperlukan untuk rangsangan kemoreseptor dan n. vagus. Pada fase awal, dimana tingkat dipoksia belum sampai menyebabkan hipoksia otak dan tubuh masih mampu mengadakan kompensasi untuk mempertahankan sirkulasi otak, variabilitas djj biasanya masih normal. Akan tetapi bila keadaan hipoksia makin berat atau berlangsung lebih lama maka jaringan otak akan mengalami hipoksia dan otot jantungpun mengalami depresi oleh karena hipoksia, sebagai akibatnya adalah variabilitas djj akan menurun dan akhirnya menghilang sebelum janin akhirnya mati dalam rahim. Penanganan apabila ditemukan suatu deselerasi lambat adalah memberikan infuse, ibu tidur miring, berikan oksigen, menghentikan kontraksi uterus dengan obat-obat tokolitik, segera direncanakan terminasi kehamilan dengan SD.





Skema 3. Mekanisme terjadinya deselerasi lambat oleh karena insufisiensi utero-plasental.
Kontraksi Uterus
Insufisiensi utero-plasenta
Kemoreseptor
Respon adrenergik
Hipertensi janin
Baroreseptor
Respon parasim patis
Deselerasi lambat
Depresi
Miokard
A
S
I
DO
S
I
S (-)
A
S
I
DO
S
I
S (+)


Hasil rekaman KTG yang normal pada umumnya memberikan gambaran sebagai berikut :
1. Frekuensi dasar djj sekitar 120-160 dpm
2. Variabel djj antara 6-25 dpm
3. Terdapat akselerasi
4. Tidak terdapat deselerasi atau kalaupun ada hanya suatu deselerasi dini

Dalam praktek sehari-hari sering dijumpai gambaran KTG yang menyimpang dari normal, namun saat lahir dalam kondisi baik, sebaliknya juga ditemukan keadaan dimana hasil KTG normal akan tetapi ternyata bayi lahir dalam kondisi asfiksia. Hal ini menunjukkan bahwa kesalahan dalam memberikan kesimpulan pada hasil KTG sering terjadi. Oleh karena itu diperlukan kemampuan yang memadai untuk dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan KTG sehingga pemeriksaan KTG mempunyai nilai ketepatan yang cukup memadai dalam menentukan diagnosa

Pemeriksaan KTG pada masa kehamilan
Pada awalnya pemeriksaan KTG dikerjakan saat persalinan (inpartu), namun kemudian terbukti bahwa pemeriksaan KTG ini banyak manfaatnya pada masa kehamilan khususnya pada kasus-kasus dengan faktor resiko untuk terjadinya gangguan kesejahteraan janin (hipoksia) dalam rahim seperti :
1. Hipertensi dalam kehamilan / gestosis
2. Kehamilan dengan DM
3. Kehamilan post-term
4. Pertumbuhan janin dalam rahim terhambat
5. Ketuban pecah premature (KPP)
6. Gerakan janin berkurang
7. Kehamilan dengan anemia
8. Kehamilan ganda
9. Oligohidramnion
10. Polihidramnion
11. Kehamilan dengan penyakit ibu

Non Stress Test (NST)
Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination / FAD).
Interpretasi dari NST
1. Reaktif
a. Terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam waktu 20 menit pemeriksaan yang disertai dengan adanya akselerasi paling sedikit 10-15 dpm
b. Frekuensi dasar djj di luar gerakan janin antara 120-160
c. Variabilitas djj antara 6-25 dpm.
2. Non reaktif
a. Tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan atau tidak ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan janin
b. Variabilitas djj mungkin masih normal atau berkurang sampai menghilang
3. Meragukan
a. Terdapat gerakan janin akan tetapi kurang dari 2 kali selama 20 menit pemeriksaan atau terdapat akselerasi yang kurang dari 10 dpm
b. Frekuensi dasar djj normal
c. Variabilitas djj normal
Pada hasil yang meragukan pemeriksaan hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test)
4. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan :
a. Bradikardi
b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih
Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). Sebaiknya NST tidak dipakai sebagai parameter tunggal untuk menentukan intervensi atau terminasi kehamilan oleh karena tingginya angka positif palsu tersebut (dianjurkan untuk menilai profil biofisik janin yang lainnya).

Contraction Stress Test (CST)
Pemeriksaan CST dimaksudkan untuk menilai gambaran djj dalam hubungannya dengan kontraksi uterus. Seperti halnya NST pada pemeriksaan CST juga dilakukan penilaian terhadap frekuensi dasar djj, variabilitas djj dan perubahan periodik (akselerasi ataupun deselerasi) dalam kaitannya dengan kontraksi uterus.

Interpretasi CST
1. Negatif
a. Frekuensi dasar djj normal
b. Variabilitas djj normal
c. Tidak didapatkan adanya deselerasi lambat
d. Mungkin ditemukan akselerasi atau deselerasi dini
2. Positip
a. Terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya 50% dari jumlah kontraksi
b. Terdapat deselerasi lambat yang berulang, meskipun kontraksi tidak adekuat
c. Variabilitas djj berkurang atau menghilang
3. Mencurigakan
a. Terdapat deselerasi lambat yang kurang dari 50% dari jumlah kontraksi
b. Terdapat deselerasi variabel
c. Frekuensi dasar djj abnormal
Bila hasil CST yang mencurigakan maka pemeriksaan harus diulangi dalam 24 jam
4. Tidak memuaskan (unsatisfactory)
a. Hasil rekaman tidak representatif misalnya oleh karena ibu gemuk, gelisah atau gerakan janin berlebihan
b. Tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat
Dalam keadaan ini pemeriksaan harus diulangi dalam 24 jam
5. Hiperstimulasi
a. Kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit
b. Kontraksi uterus lamanya lebih dari 90 detik (tetania uteri)
c. Seringkali terjadi deselerasi lambat atau bradikardi
Dalam keadaan ini, harus waspada kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang berlanjut sehingga bukan tidak mungkin terjadi aksifia janin. Hal yang perlu dilakukan adalah segera menghentikan pemeriksaan dan berikan obat-obat penghalang kontraksi uterus (tokolitik), diberikan oksigen pada ibu dan tidur miring untuk memperbaiki sirkulasi utero-plasenta.

Hasil CST yang negatif menggambarkan keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (spesifitas 99%). Sedangkan hasil CST yang positif biasanya disertai outcome perinatal yang tidak baik dengan nilai prediksi positif 50%

Kontra indikasi CST :
1. Absolut
a. Adanya resiko ruptura uteri misalnya pada bekas SC, miomektomi dsb.
b. Perdarahan antepartum
c. Tali pusat terkemuka

2. Relatif
a. Ketuban pecah premature
b. Kehamilan kurang bulan
c. Kehamilan ganda
d. Inkompetensia servik
e. Disproporsi sefalo-pelvik

Pemeriksaan kehamilan Trimester Ketiga

Tes Prenatal Trimester Ketiga


Perasaan khawatir seringkali mengusik pikiran ibu hamil semakin perutnya membesar. Agar Anda tenang, menurut dr Fakriantini Jaya Putri, SpOG dari RSU Zahirah, Jakarta ada serangkaian tes yang bisa dilakukan untuk memastikan janin baik-baik saja. Tentu Anda harus berkonsultasi kepada dokter kandungan sebelum melakukan tes tersebut. Yuk, kenali apa saja tes prenatal pada trimester ketiga ini!

1. Non Stress Test (NST)

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

2. Biophysic Profile (BPP)

Penilaian profil biofisik janin merupakan salah satu cara efektif untuk mendeteksi adanya asfiksia (gangguan pada pertukaran udara pernapasan) janin lebih dini, sebelum menimbulkan kematian atau kerusakan permanen pada janin. Pemeriksaan tersebut dimungkinkan terutama dengan bantuan peralatan elektronik, seperti ultrasonografi (USG) dan kardiotokografi (KTG).

Pemeriksaan mencakup pernapasan janin, gerakan janin, tonus otot, detak jantung, dan jumlah cairan ketuban. Skor hasil akhir dari penilaian tersebut akan menghasilkan keputusan untuk melahirkan janin secepat mungkin atau terencana. BPP ini umumnya dilakukan pada usia kehamilan minimal 32 minggu.

3. Contraction Stress Test (CST)

Tes stimulus yang dilakukan pada rahim untuk menilai efek kontraksi pada detak jantung janin. Biasanya dokter akan memberikan injeksi yang berisi pitosin untuk merangsang kontraksi. Dengan adanya rangsangan pitosin, akan timbul kontraksi lembut pada rahim ibu sehingga terdapat gambaran pada detak jantung janin. Pemeriksaan CST ini diperlukan bila hasil dari NST atau BPP menunjukkan masalah.

4. Oxytocin Challenge Test (OCT)

Hampir mirip dengan CST, adalah pemberian oksitosin intravena pada kehamilan yang diperkirakan di mana janin akan meninggal di dalam uterus. Uji oksitosin ini dilakukan terutama pada kehamilan risiko tinggi, misalnya kehamilan lewat waktu, diabetes melitus, pre eklamsia, pertumbuhan janin intrauterin yang lambat, anemia, penyakit ginjal menahun, adanya riwayat lahir mati, dan sebagainya. Umumnya tes ini dilakukan pada minggu terakhir sebelum persalinan.

5. Grup B Streptococcal Disease ( GBS )

GBS merupakan bakteri normal yang ada pada saluran pencernaan. Tapi, kadang-kadang pada kehamilan, GBS berkembang biak pada area rectum dan vagina. Sehingga dapat menyebabkan penularan pada bayi dan menyebabkan infeksi yang serius. Tes ini dilakukan pada usia kehamilan 35-37 minggu.

6. Fetal Movement Count

Merupakan kegiatan menghitung gerak janin. Anda bisa melakukan sendiri untuk memantau kesehatan bayi dalam kandungan. Nah, gerak bayi yang cukup mengindikasikan bayi yang sehat. Sebaliknya, gerak bayi yang berkurang merupakan sinyal peringatan akan adanya gangguan kesejahteraan janin (fetal well-being).

Normalnya, terdapat 3 gerakan janin dalam 1 jam. Masing-masing pada pagi, siang, sore, dan malam hari, sehingga terdapat perhitungan gerakan janin selama 12 jam. Bila terdapat penurunan kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam, hal ini menandakan adanya penurunan fungsi plasenta.

Mulailah menghitung gerak janin pada usia kandungan 28 minggu hingga saatnya melahirkan. Untuk kehamilan yang berisiko tinggi, bisa dimulai dari umur kandungan 24 minggu.

http://www.acehforum.or.id/tes-prenatal-trisemester-t20238.html?s=60055b22b68e8b85dfa3496330a9156d&



PERASAAN khawatir seringkali mengusik pikiran ibu hamil semakin perutnya membesar. Agar Anda tenang, menurut dr Fakriantini Jaya Putri, SpOG dari RSU Zahirah, Jakarta ada serangkaian tes yang bisa dilakukan untuk memastikan janin baik-baik saja. Tentu Anda harus berkonsultasi kepada dokter kandungan sebelum melakukan tes tersebut. Yuk, kenali apa saja tes prenatal pada trimester ketiga ini!

1. Non Stress Test (NST)

Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

2. Biophysic Profile (BPP)

Penilaian profil biofisik janin merupakan salah satu cara efektif untuk mendeteksi adanya asfiksia (gangguan pada pertukaran udara pernapasan) janin lebih dini, sebelum menimbulkan kematian atau kerusakan permanen pada janin. Pemeriksaan tersebut dimungkinkan terutama dengan bantuan peralatan elektronik, seperti ultrasonografi (USG) dan kardiotokografi (KTG).

Pemeriksaan mencakup pernapasan janin, gerakan janin, tonus otot, detak jantung, dan jumlah cairan ketuban. Skor hasil akhir dari penilaian tersebut akan menghasilkan keputusan untuk melahirkan janin secepat mungkin atau terencana. BPP ini umumnya dilakukan pada usia kehamilan minimal 32 minggu.

3. Contraction Stress Test (CST)

Tes stimulus yang dilakukan pada rahim untuk menilai efek kontraksi pada detak jantung janin. Biasanya dokter akan memberikan injeksi yang berisi pitosin untuk merangsang kontraksi. Dengan adanya rangsangan pitosin, akan timbul kontraksi lembut pada rahim ibu sehingga terdapat gambaran pada detak jantung janin. Pemeriksaan CST ini diperlukan bila hasil dari NST atau BPP menunjukkan masalah.

4. Oxytocin Challenge Test (OCT)

Hampir mirip dengan CST, adalah pemberian oksitosin intravena pada kehamilan yang diperkirakan di mana janin akan meninggal di dalam uterus. Uji oksitosin ini dilakukan terutama pada kehamilan risiko tinggi, misalnya kehamilan lewat waktu, diabetes melitus, pre eklamsia, pertumbuhan janin intrauterin yang lambat, anemia, penyakit ginjal menahun, adanya riwayat lahir mati, dan sebagainya. Umumnya tes ini dilakukan pada minggu terakhir sebelum persalinan.

5. Grup B Streptococcal Disease ( GBS )

GBS merupakan bakteri normal yang ada pada saluran pencernaan. Tapi, kadang-kadang pada kehamilan, GBS berkembang biak pada area rectum dan vagina. Sehingga dapat menyebabkan penularan pada bayi dan menyebabkan infeksi yang serius. Tes ini dilakukan pada usia kehamilan 35-37 minggu.

6. Fetal Movement Count

Merupakan kegiatan menghitung gerak janin. Anda bisa melakukan sendiri untuk memantau kesehatan bayi dalam kandungan. Nah, gerak bayi yang cukup mengindikasikan bayi yang sehat. Sebaliknya, gerak bayi yang berkurang merupakan sinyal peringatan akan adanya gangguan kesejahteraan janin (fetal well-being).

Normalnya, terdapat 3 gerakan janin dalam 1 jam. Masing-masing pada pagi, siang, sore, dan malam hari, sehingga terdapat perhitungan gerakan janin selama 12 jam. Bila terdapat penurunan kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam, hal ini menandakan adanya penurunan fungsi plasenta.

Mulailah menghitung gerak janin pada usia kandungan 28 minggu hingga saatnya melahirkan. Untuk kehamilan yang berisiko tinggi, bisa dimulai dari umur kandungan 24 minggu. (Mom& Kiddie//nsa)

http://www.indoforum.org/showthread.php?t=61787

Fisiologi Reproduksi Wanita

FISIOLOGI REPRODUKSI WANITA

Sistem reproduksi wanita adalah representasi sekaligus bukti tentang
Kemahaperencanaan Allah. Jika hanya satu sistem diciptakan dan dapat berjalan,
mungkin itu masih sebatas wajar. Tetapi jika beberapa sistem dengan fungsi dan struktur
organ yang berbeda dapat bersinergi dan saling mengisi, itu baru hebat. Demikianlah
sistem reproduksi, mulai dari sistem endokrinologi yang mengatur hormon, sistem
persyarafan dan pengambilan keputusan (otak), indung telur, rahim, dan jalan lahir,
semua bersatu bahu-membahu untuk mewujudkan niat yang satu. Niat melahirkan
generasi utama, generasi istimewa: kuntum ghoru ummatin ukhrijat lin nas.




Kelenjar hormon bahu-
membahu bergotong royong untuk
memproduksi hormon reproduksi
secara seimbang dan sesuai waktu.
Maka seorang wanita kemudian
akan mengenal sebuah siklus yang
disebut siklus menstruasi atau
siklus haid. Benih calon pemimpin
ummat yang istimewa juga harus
dipersiapkan secara eksklusif. Dalam 1 bulan sang calon pangeran ini hanya dilepaskan
satu kali saja. Rentang waktu yang tercipta dan siklus hormonal yang berulang ternyata
terkait dengan serangkaian persiapan lain yang bersifat fungsional. Naik turunnya
hormon jadi semacam kalendar yang menentukan kapan seorang wanita menjadi jauh
lebih cerdas untuk belajar. Kapan ? Dari hari terakhir haid sampai pertengahan bulan atau
masa pasca ovulasi. Mengapa ? Karena pada saat itu hormon estrogen, dan LH, serta
sebagian progesteron sedang dalam perjalanan menuju puncak. Perjalanan ini
berimplikasi pada terjadinya optimasi
kapasitas otak dan proses neuroregenerasi
alias pembaharuan sel-sel otak. Kok bisa ?
Ya bisa dong, karena pada sat yang
bersamaan terjadi pula regenerasi sel-sel
dinding rahim sebelah dalam yang disebut
endometrium. Efek stimulasi pertumbuhan
oleh faktor-faktor pertumbuhan bersifat






sistemik alias dialirkan melalui pembuluh darah ke segenap penjuru tubuh. Akibatnya
masa setelah haid sampai puncak ovulasi adalah masa- masa seorang wanita mendapatkan
kesempatan memperbaiki dan memperbaharui diri. Terkadang haid justru disesali karena
dianggap hendaya yang menggangu dan tidak produktif. Tapi bagi sebagian yang
berilmu, haid justru teramat disyukuri, disikapi sebagai nikmat yang sangat berharga bagi
seorang wanita.
Secara anatomi yang termasuk ke dalam sistem reproduksi seorang wanita antara
lain adalah kelenjar-kelenjar hormon mulai dari
hipotalamus, hipofise, sampai dengan ovarium,
lalu organ-organ reproduksi seperti ovarium
(tempat diproduksinya sel telur), rahim, dan jalan
lahir (vagina). Ovarium atau indung telur memang
memiliki peran ganda yang istimewa, yang
pertama ovarium bertindak selaku kelenjar
hormon (estrogen, progesteron) dan yang kedua
ovarium berperan selaku tempat penyimpanan dan
pematangan sel-sel telur. Antara ovarium
dan rahim terdapat saluran telur ( tuba
uterina) yang bertugas menghantarkan telur
yang telah siap dibuahi menuju daerah
tugas barunya, yaitu dinding rahim. Di
saluran telur inilah proses pertemuan antara
sel nutfah pria ( sperma/mani) dengan sel
telur paling mungkin terjadi. Sementara
rahim juga tidak kalah istimewanya,
disanalah proses pembelahan dan
pengorganisasian super ajaib terjadi.
Bayangkanlah sel-sel kecil yang tidak
pernah sekolah itu dengan begitu fasihnya menjalankan fungsi-fungsinya masing-masing





tanpa pernah salah atau keliru ! Ada jutaan sel yang bergabung dan dikembangkan dari
bagian tubuh ibu serta bertugas untuk menjadi bagian sistem suplai makanan dan oksigen
bagi janin. Dan ada milyaran sel yang dikembangkan oleh aloqah untuk kemudian
menjadi mudhigah yang sempurna, dan akhirnya menjadi janin serta bayi yang siap
dilahirkan ke dunia. Pada saat pertemuan suci antara sel telur dan sel sperma tidak
terjadi, maka sel-sel dinding rahimpun jauh dari sifat frustasi atau putus asa. Mereka
secara kaffah menjalankan fungsi memperbaiki diri, beregenerasi, dan memberi
kesempatan pada sel-sel baru untuk bersiap menyongsong masa depan yang telah
dibukakan bagi mereka. Pada hakikatnya proses haid dapat dianalogikan dengan suatu
ritual mensucikan, dan membangun nilai-
nilai harapan serta mempersiapkan energi
terbaik bagi kehidupan.

PEMBUAHAN YANG PENUH
BERKAH

“Dengan nama Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari gangguan setan
dan jauhkanlah setan dari rezeki yang akan Engkau anugerahkan kepada kami.”
(HR. Bukhari)

Ia adalah seorang wanita cantik yang memiliki sifat keibuan, ketabahan,
kebijaksanaan, lurus pemikirannya, dan dihiasi pula dengan kecerdasan berpikir dan


kefasihan serta berakhlak mulia. Nama wanita ini adalah Rumaisha’ Ummu Sulaim binti
Malhan.
Allah Azza wa Jalla memuliakan Ummu Sulaim dengan seorang suami saleh
bernama Abu Thalhah Al-Anshari. Pada masa awal pernikahannya dengan Abu Thalhah,
ia dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Umair. Suatu ketika anak tersebut
bemain-main dengan seekor burung lalu burung tersebut mati. Hal ini menjadikannya
bersedih dan menangis. Pada saat itu, Rasulullah SAW berkata, ”Wahai Umair, apa yang
dilakukan oleh anak burung pipit itu?” (HR. Bukhari).
Allah SWT berkehendak untuk menguji Ummu Sulaim dan suaminya. Suatu ketika,
Umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya. Sudah menjadi kebiasaan
bagi ayahya apabila kembali dari pasar, hal pertama kali yang dia kerjakan setelah
mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan beliau belum
merasa tenang sebelum melihat anaknya.
Abu Thalhah pun keluar rumah dan bersamaan dengan itu anaknya meninggal.
Ummu Sulaim menghadapi musibah tersebut dengan jiwa yang ridha dan baik. Ia
membaringkan Umair di tempat tidur. Beliau berpesan kepada keluarganya, ”Janganlah
kalian menceritakan kepada Abu Thalhah hingga aku sendiri yang menceritakan
kepadanya.” Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap linangan air
matanya, kemudian dengan semangat menyambut sang suami seperti biasa, ”Apa yang
dilakukan oleh anakku?” Ummu Sulaim menjawab, ”Dia dalam keadaan tenang.”
Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat, sehingga ia
bergembira dengan ketenangan dan kesehatannya. Kemudian Ummu Sulim
mempersiapkan makan malam baginya. Ketika suaminya makan dan minum, Ummu
Sulaim bersolek dengan dandanan yang lebih cantik daripada hari-hari sebelumnya, ia
mengenakan baju yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi-wangian, kemudian
keduanya pun berbuat sebagaimana layaknya suami istri.
Ketika Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan telah
mencampurinya serta merasa tenang terhadap keadaan anaknya, ia pun memuji Allah
karena beliau tidak membuat risau suaminya dan beliau biarkan suaminya terlelap dalam
tidurnya.




Pada akhir malam beliau berkata kepada suaminya, ”Wahai suamiku, bagaimana
pendapatmu seandainya ada suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga
kemudian suatu ketika mereka mengambil titipan tersebut, bolehkah bagi keluarga
tersebut menolaknya?” Abu Thalhah menjawab, ”Tentu saja tidak boleh.” Kemudian,
Ummu Sulaim berkata lagi, ”Bagaimana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan
tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?” Abu Thalhah
berkata, ”Berarti mereka tidak adil.” Ummu Sulaim berkata, ”Sesungguhnya, anakmu
adalah titipan dari Allah dan Allah telah mengambil.”
Abu Thalhah tidak kuasa menahan emosinya, ”Kau biarkan aku dalam keadaan
seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?” Abu Thalhah mengulangi kata-kata
tersebut hingga ia mengucapkan kalimat istirja’ lalu bertahmid kepada Allah sehingga
berangsur-angsur jiwanya menjadi tenang.
Keesokan harinya beliau pergi menghadap Rasullah SAW dan mengabarkan
kepadanya tentang apa yang telah terjadi, kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Semoga
Allah memberkahi malam kalian berdua.”
Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi
nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan, beliau mengutus Anas bin Malik
untuk membawanya kepada Rasulullah SAW, selanjutnya Anas berkata, ”Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Ummu Sulaim telah melahirkan tadi malam.” Maka Nabi
SAW mengunyah kurma dan mentahnik bayi tersebut (yakni menggosokkan kurma yang
telah dikunyah ke langit-langit mulut si bayi). Anas berkata, ”Berikanlah nama bayi ya
Rasulullah!” beliau bersabda, ”Namanya Abdullah.” Abu Ubadah, salah seorang sahabat
Nabi berkata, ”Aku melihat dia memiliki tujuh orang anak yang kesemuanya hapal Al-
Quran.”
Demikianlah kecerdasan, keshalehan, dan kesempurnaan keturunan adalah hasil
dari sebuah proses yang harus dijalani dengan pengetahuan, keikhlasan, dan kesabaran
orang tua. Setiap
manusia memiliki fitrah yang sama,
hanya saja
perkembangan selanjutnya amat
bergantung
kepada proses pengasuhan dan
pendidikan yang
semestinya dimulai semenjak proses
pembuahan
belum dilakukan. Konsep ini





mungkin dapat dikenal sebagai “early education initiation”, proses menginisiasi
pendidikan anak secara dini. Maka salah satu syarat seorang wanita dapat tampil cantik
sebagai pribadi yang sempurna, pendidikan dan aksepsi pengetahuan dalam proses
pembuahan, kehamilan, persalinan, menyusui, dan pendidikan sampai tahapan juvenile
haruslah diterapkan dan dijalankan secara sistematis. Tahapan perkembangan dan ciri
biologis yang dapat diamati pada janin di dalam rahim adalah sebagai berikut (dikutip
dan dikembangkan dari blog dr. Liza dari STAIN Cirebon yang antara lain mengutip dari
Genetika, Suryo):
Secara umum, proses kehamilan yang dialami kaum wanita tidak lebih dari 40
minggu. Para ahli biasanya membagi tahapan usia kehamilan menjadi 3 trimester. Hal ini
bertujuan membantu
mengelompokkan waktu
perkembangan, sehingga mudah
untuk mempelajari proses
fisiologis pembentukan janin.
Berikut ringkasan dari tahap-tahap dalam perkembangan prenatal.

Minggu 1

Minggu pertama merupakan perkembangan awal sejak ovulasi sampai implantasi (proses
penanaman sel telur yang telah dibuahi ke dalam selaput lendir rahim yang telah
dipersiapkan secara khusus). Dari sekitar 200-300 juta spermatozoa yang dipancarkan ke


dalam saluran kelamin wanita, hanya satu yang lolos untuk melakukan proses
pembuahan.

Minggu 2
Sel telur yang telah dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus
membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim. Setelah membelah
menjadi 32, sel telur disebut morula. Pada minggu kedua ini, diperkirakan embrio
berukuran 0,1-0,2 mm.

Minggu 3
Pada hari ke-15 sampai ke-17, embrio diperkirakan berukuran 0,4 mm. Hanya dalam
hitungan hari, yaitu pada hari ke-17 sampai ke-19, ukurannya meningkat jadi sekitar 1,0-
1,5 mm. Di minggu ini, cikal-bakal sistem pembuluh darah dan sistem saraf mulai
terbentuk. Bahkan, pada hari-hari terakhir saat cikal-bakal jantung janin mulai terbentuk,
ukuran embrio sudah mencapai 1,5-2,5 mm. Pembentukan mata pun mulai terjadi, meski
rongga mata baru akan tampak jelas di minggu ke-6. Secara keseluruhan, pada minggu
ini sudah terdapat materi genetik, termasuk warna rambut, bentuk mata, dan intelegensi
calon bayi. Di kedua sisi tubuh embrio tumbuh suatu tonjolan kecil berupa sekelompok
sel yang merupakan cikal-bakal tangan. Selang beberapa hari kemudian, saat tunas
tangan memipih, pada kedua sisi tubuh sebelah bawah muncul tonjolan serupa yang
merupakan cikal-bakal kaki..
Minggu 4





Dengan ukuran sekitar 2 hingga 3,5 mm, jantung mulai berdenyut dan sistem peredaran
darah sudah melaksanakan fungsinya meski masih dalam taraf yang sangat sederhana.
Cikal-bakal otak beserta bagiannya sudah bisa dibedakan yang kelak akan menjalankan
fungsi masing-masing. Pada minggu ini pula saraf-saraf spinal yang kelak menjadi cikal-
bakal tulang belakang sudah mengalami penebalan. Sementara cikal bakal telinga sudah
terlihat meski masih berupa gelembung. Plasenta atau ari-ari juga terbentuk pada minggu
ini.

Minggu 5
Di minggu ini embrio diperkirakan berukuran antara 5-7 mm. Sistem saraf pusat, otot dan
tulang mulai dibentuk. Begitu pula dengan kerangka. Bahkan pada akhir minggu ke 5
gelombang otak janin sudah dapat teramati dengan piranti Electro Enchepahalograph
(EEG).

Minggu 6
Saat ini embrio diperkirakan berukuran sekitar 7-9 mm yang diukur dari puncak kepala
hingga bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. Meski Anda belum
bisa mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada minggu ini. Sistem pencernaan dan




pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan
kaki pun mulai tampak.

Minggu 7

Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram, kira-kira
sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan
yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan
saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.

Minggu 8
Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi. Jika kita bisa
melihat, ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula telinga. Bronkus,
saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, mulai bercabang. Lengan
semakin membesar dan ia memiliki siku. Semua ini terjadi hanya dalam 6 minggu setelah
pembuahan.

Minggu 9
Telinga bagian luar mulai terbentuk, kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki
dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak walaupun ibu hamil tak merasakannya.


Dengan Doppler, kita bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar
22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram.

Minggu 10
Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak
meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai
tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram.

Minggu 11
Panjang tubuhnya sudah mencapai sekitar 6,5 cm. Janin sudah mampu melakukan
gerakan demi gerakan dari tangan dan kakinya, termasuk gerakan menggeliat. Gerakan-
gerakan ini baru bisa dirasakan ibu sekitar kehamilan 18 minggu. Janin pun sudah bisa
mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan.

Minggu 12
Panjang janin sekarang sekitar 6,5-8 cm dan bobotnya sekitar 18 gram. Kepala bayi
menjadi lebih bulat dan wajah telah terbentuk sepenuhnya. Semua organ vital telah
terbentuk. Bayi mulai menggerak-gerakkan tungkai dan lengannya, bayi dapat mengisap
lengannya tetapi ibu belum dapat merasakan gerakan-gerakan ini.
Minggu 13: Panjang janin dari puncak kepala sampai bokong sekitar 65-78 mm dengan
berat kira-kira 20 gram. Rahim dapat teraba kira-kira 10 cm di bawah pusar.
Pertumbuhan kepala bayi yang saat ini kira-kira separuh panjang janin mengalami
perlambatan dibanding bagian tubuh lainnya. Perlambatan ini berlangsung terus, hingga
pada akhir kehamilan akan tampak proporsional, yaitu kira-kira tinggal sepertiga panjang
tubuhnya. Kedua cikal bakal matanya makin hari kian bergeser ke bagian depan wajah
meski masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara telinga bagian luar terus
berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih sangat tipis
membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawah kulitnya. Seluruh tubuh janin ditutupi
rambut-rambut halus yang disebut lanugo. Tulang belulangnya sudah terbentuk di
minggu-minggu sebelumnya dan di minggu-minggu selanjutnya akan menahan kalsium
dengan sangat cepat, hingga tulangnya jadi lebih keras.





Minggu 14:
Panjangnya mencapai kisaran 80 mm atau 8 cm dengan berat sekitar 25 gram. Telinga
janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala. Mata pun telah mengarah ke
posisi sebenarnya. Leher berkembang lebih nyata, hingga lebih mudah membedakan jenis
kelaminnya.

Minggu 15:

Panjang janin sekitar 10-11 cm dengan berat kira-kira 80 gram. Kehamilan semakin
terlihat. Kulit dan otot-otot, terutama di sekitar perut akan melar karena mengalami
peregangan luar biasa guna mengakomodasi pembesaran rahim. Garis-garis regangan
yang disebut striae umumnya muncul di daerah perut, payudara, bokong dan panggul.
Pada masa ini indera pengecap sudah mulai dapat merasa.

Minggu 16: Panjang janin sekarang sekitar 16 cm dan bobotnya sekitar 35 gram. Ia
menggerak-gerakkan seluruh tungkai dan lengannya, menendang dan menyepak. Inilah
tahap paling awal di mana ibu dapat merasakan gerakan bayi. Rasanya seperti ada seekor
kupu-kupu dalam perutmu. Sistem pencernaan janin pun mulai menjalankan fungsinya.
Dalam waktu 24 jam janin menelan air ketuban sekitar 450-500 ml. Pada usia ini, janin




juga mulai mampu mengenali dan mendengar suara-suara dari luar kantong ketuban.
Termasuk detak jantung ibu bahkan suara-suara di luar diri si ibu, seperti suara gaduh
atau teriakan maupun sapaan lembut.

Minggu 17:

Panjang tubuh janin meningkat lebih pesat ketimbang lebarnya, menjadi 13 cm dengan
berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan bukan membulat.
Akibatnya, rahim terdorong dari rongga panggul mengarah ke rongga perut. Pada masa
ini bayi sudah dapat bermimpi saat ia tidur. Lemak yang juga sering disebut jaringan
adiposa mulai terbentuk di bawah kulit bayi yang semula sedemikian tipis pada minggu
ini dan minggu-minggu berikutnya.

Minggu 18: Taksiran panjang janin adalah 14 cm dengan berat sekitar 150 gram. Rahim
dapat diraba tepat di bawah pusar, ukurannya kira-kira sebesar buah semangka.
Pertumbuhan rahim ke depan akan mengubah keseimbangan tubuh ibu. Mulai usia ini
hubungan interaktif antara ibu dan janinnya kian terjalin erat. Tak mengherankan setiap
kali si ibu gembira, sedih, lapar atau merasakan hal lain, janin pun merasakan hal sama.

Minggu 19: Panjang janin diperkirakan 13-15 cm dengan taksiran berat 200 gram.
Sistem saraf janin yang terbentuk di minggu ke-4, di minggu ini makin sempurna


perkembangannya, yakni dengan diproduksi cairan serebrospinalis yang mestinya
bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan. Nah, jika lubang yang ada
tersumbat atau aliran cairan tersebut terhalang oleh penyebab apa pun, kemungkinan
besar terjadi hidrosefalus atau penumpukan cairan di otak. Jumlah cairan yang
terakumulasi biasanya sekitar 500-1500 ml, tetapi bisa juga mencapai 5 liter!
Penumpukan ini jelas berdampak fatal mengingat betapa banyak jumlah jaringan otak
janin yang tertekan oleh cairan tadi.

Minggu 20: Memasuki bulan ke-5 ini, panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm dengan
berat sekitar 260 gram. Janin sudah mengenali suara ibunya. Kulit yang menutupi tubuh
janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis yang terletak di
permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis selanjutnya
akan membentuk pola-pola tertentu pada ujung jari, telapak tangan maupun telapak kaki.
Sedangkan lapisan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf dan
sejumlah besar lemak. Seiring perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah janin pun
meningkat tajam. Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus mencukupi
kebutuhannya akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi seimbang
maupun suplemen yang dianjurkan dokter.

Minggu 21 Beratnya sekitar 350 gram dengan panjang kira-kira 18 cm. Pada minggu ini,
berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan. Ia pun
sudah mampu menyerap atau menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan melalui sistem
pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi semakin pelan karena beratnya sudah 340
gram dan panjangnya 18-20 cm.

Minggu 22
Indra yang akan digunakan bayi untuk belajar berkembang setiap hari. Setiap minggu,
wajahnya semakin mirip seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin
proporsional.

Minggu 23


Walaupun lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh bayi, akan tetapi kulitnya masih
kendur sehingga tampak keriput. Ini karena produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan
lemak. Ia mulai terbiasa menggerakkan otot jari-jari tangan dan kaki, lengan dan kaki
secara teratur. Beratnya hampir 450 gram.

Minggu 24
Paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi masih menerima oksigen dari plasenta.
Untuk persiapan hidup di luar rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang
menjaga kantung udara tetap mengembang.

Minggu 25
Berat bayi kini mencapai sekitar 600-700 gram dengan panjang dari puncak kepala
sampai bokong kira-kira 22 cm. Sementara jarak dari puncak rahim ke simfisis pubis
sekitar 25 cm. Ia sudah mampu menghirup dan mengeluarkan air ketuban. Jika air
ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan mengalami cegukan.

Minggu 26
Di usia ini berat bayi diperkirakan hampir mencapai 850 gram dengan panjang dari
bokong dan puncak kepala sekitar 23 cm. Denyut jantung sudah jelas-jelas terdengar,
normalnya 120-160 denyut per menit. Mata yang semula menutup mulai membuka dan
mengedip. Bulu mata mulai berkembang, begitu pula dengan rambut di kepala.

Minggu 27
Bayi kini beratnya melebihi 1000 gram. Panjang totalnya mencapai 34 cm dengan
panjang bokong ke puncak kepala sekitar 24 cm. Di minggu ini kelopak mata mulai
membuka. Sementara retina yang berada di bagian belakang mata, membentuk lapisan-
lapisan yang berfungsi menerima cahaya dan informasi mengenai pencahayaan itu
sekaligus meneruskannya ke otak. Pada minggu pertama trimester ketiga ini, paru-paru,
hati dan sistem kekebalan tubuh masih harus dimatangkan.







Minggu 28

Minggu ini beratnya 1100 gram dan panjangnya 25 cm. Otak bayi semakin berkembang
dan meluas. Lapisan lemak pun semakin berkembang dan rambutnya terus tumbuh.

Minggu 29
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen.
Hormon ini akan menstimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga membuat
kolostrum (air susu yang pertama kali keluar saat menyusui).

Minggu 30
Lemak dan berat badan bayi terus bertambah sehingga bobot bayi sekarang sekitar 1400
gram dan panjangnya 27 cm. Karena ia semakin besar, gerakannya semakin terasa.

Minggu 31
Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di plasenta
memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak 500 ml sehari
di dalam air ketuban.





Minggu 32
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis dan
rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai
rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat
1800 gram dan panjang 29 cm, kemampuan bertahan hidup di luar rahim sudah lebih baik
jika di dilahirkan pada minggu ini.

Minggu 33
Beratnya lebih dari 2000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm. Vernix yang menutupi kulit
bayi sudah cukup tebal. Paru-parunya hampir matang dan ia terus berlatih pernafasan
setiap hari. Pada minggu ini, ia mulai berada di dalam posisi kelahiran.



Proses tumbuh kembangnya manusia berawal dari sebuah sel telur yang dibuahi sel
nutfah. Dengan sangat cerdas, sel telur menerapkan mekanisme seleksi yang ketat untuk
mendapatkan calon mitra terbaik. Dengan kecerdasannya pula sel membelah dan
membagi dirinya dalam suatu sistem organisasi yang rumit. Setiap sel seolah mengetahui
peran dan fungsi keberadaan dirinya. Tentu saja, di balik keteraturan ini terdapat
sebuah rancangan mekanistik yang sempurna. Dalam proses membentuk organ-organ
tubuh yang berbeda, setiap sel akan mengubahsuaikan dirinya menjadi sel yang
dibutuhkan lingkungannya. Demikian pula ketika membentuk jari-jemari, sebagian sel




menuruti peran untuk “meninggal” secara bermartabat (apoptosis) agar tercipta sela
antar jari.
Minggu 34
Bayi yang dilahirkan pada minggu ini, paru-parunya sudah cukup matang. Beratnya
mencapai 2250 gram dengan panjang 32 cm sehingga ia sudah mampu bertahan hidup
tanpa bantuan peralatan medis.

Minggu 35

Secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm dengan berat 2450 gram. Namun yang
terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-parunya. Ini
sangat penting karena kematangan paru-paru sangat menentukan life viability atau
kemampuan bayi untuk bertahan hidup. Kematangan fungsi paru-paru ini sendiri akan
dilakukan lewat pengambilan cairan amnion untuk menilai lesitin spingomyelin atau
selaput tipis yang menyelubungi paru-paru. Selain itu, lemak sudah disimpan di seluruh
tubuh terutama sekitar bahu. Gerakannya semakin berkurang karena ukurannya yang
semakin besar.

Minggu 36




Tinggal beberapa minggu lagi bayi dilahirkan. Baratnya sudah mencapai 2750 gram.
Asupan kalsium membantu kerangka bayi lebih kuat tetapi masih cukup lembut untuk
melewati jalan lahir.

Minggu 37
Meskipun sudah cukup bulan, bayi masih terus berkembang. Ia mulai menghasilkan
kortison, hormon yang membantu kematangan paru-paru untuk mengambil udara tanpa
bantuan.

Minggu 38
Beratnya sekitar 3100 gram dan panjangnya 35 cm. Lemak masih diproduksi meski
tingkat pertumbuhannya mulai melambat. Jika bayinya laki-laki, testikel telah turun
mendekati skrotum. Jika bayinya perempuan, alat kelaminnya telah berkembang
sempurna.

Minggu 39
Karena beratnya 3250 gram, ia memenuhi rongga rahim. Tali pusat yang membawa
nutrisi dari plasenta panjangnya 50 cm dan tebalnya 1,3 cm. Karenanya tali pusat bisa
melilit bayi.

Minggu 40





Panjangnya mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar 3300 gram. Betul-betul cukup
bulan dan siap dilahirkan. Jika laki-laki, testisnya sudah turun ke skrotum, sedangkan
pada wanita, labia mayora (bibir kemaluan bagian luar) sudah berkembang baik dan
menutupi labia minora (bibir kemaluan bagian dalam). Apabila kita hitung, pada akhir
proses pertumbuhan embrio menjadi seorang manusia, beratnya mencapai sekitar 8 juta
kali lebih besar dibanding berat sel telur yang membentuknya.

Ikhtiar Mewujudkan Anak Saleh
Anak saleh, cerdas, hebat, dan kuat adalah dambaan setiap orangtua. Akan tetapi,
tidak semua orangtua bisa mendapatkannya. Boleh jadi, saking tidak mudahnya, hanya
ada satu dari seratus atau seribu pasangan orangtua yang memiliki anak dengan
kualifikasi istimewa. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan anak saleh
bukanlah perkara instant, diperlukan proses panjang, kerja keras, dan kesungguhan dalam
mengusahakannya. Bahkan, jauh hari sebelum anak itu lahir ke dunia orangtua sudah
harus mempersiapkan diri, termasuk persiapan jasmaniah dan ruhaniah, pada saat
melakukan hubungan suami istri (Lihat kembali betapa berat perjuangan Ummu Sulaim
dalam meluruskan niat dan menyempurnakan ikhtiar). Kedua persiapan itu diperlukan
agar keturunan yang akan lahir memiliki kesempurnaan jasmaniah dan ruhaniah.
Dalam ikhtiar untuk membentuk “anak sholehah dan sholeh”, proses pembuahan
yang diawali hubungan intim antara ibu dan bapak ini, menjadi pintu gerbang yang harus
dilewati dengan baik. Al-Quran menganalogikan wanita sebagai ladang-ladang yang siap
di tanami, sedangkan laki-laki sebagai pemilik benih. Tentu saja, untuk menghasilkan
panen yang memuaskan, ada sekian faktor yang harus diperhitungkan, mulai dari
benihnya yang berkualitas, tanahnya yang subur, dan cara menanamnya yang baik dan


sesuai aturan. Rasulullah SAW pun (semoga shalawat dan salam tercurah kepadanya)
menegaskan, “Pilihlah lahan untuk menanam benihmu. Karena wanita melahirkan
orang-orang yang mirip saudara-saudara laki-laki dan perempuanmu.” (HR. Ibnu Adî
dan Ibnu ‘Asakir dari ‘Aisyah)
Dalam konteks ini, bapak dan ibu perlu memerhatikan beberapa hal ketika
melaksanakan hubungan agung tersebut, yaitu:
1. Pemilihan waktu pembuahan yang tepat.
2. Menjalankan tahajud secara istiqamah.
3. Dilakukan pada hari-hari seusai menjalankan shaum sunnah.
4. Jika pembuahan direncanakan pada bulan Ramadhan, shalat Witir dapat diakhirkan
sampai menjelang sahur dan pembuahan dilakukan setelah Witir.
5. Meminum air putih tiga takaran atau takaran ganjil lainnya sesuai kemampuan.
6. Perhatikan dengan benar siklus ovulasi istri. Puncak siklus ovulasi biasanya akan
tercapai pada hari ke-14 setelah haid terakhir. Usahakan suami-istri berpuasa
hubungan intim sekurangnya 2 hari sebelum melakukan hubungan di hari puncak
ovulasi agar jumlah dan kualitas sperma memadai.

Bagaimana pelaksanaannya? Pada awal proses pembuahan yang diawali proses
persetubuhan, suami istri hendaknya mengucapkan doa, ”Bismillâhi, Allâhumma
jannibnasy syaythâna wa jannibisy syaithâna mâ razaqtanâ”. (Artinya), “Dengan nama
Allah, ya Allah, jauhkanlah kami dari gangguan setan dan jauhkanlah setan dari rezeki
yang akan Engkau anugerahkan kepada kami.” (HR Bukhari). Hakikatnya, doa itu akan
membebaskan janin yang kelak akan dikandung ibu dari sifat-sifat “panas” hawa nafsu.
Sel-sel nutfah bapak dan ibu yang telah berdoa akan membawa sifat qana’ah atau merasa
cukup dengan yang ada, tenang, dan didominasi protein kebaikan.
Jika dalam sehari semalam manusia memiliki manzilah (lintasan) biologis, waktu
utama bagi bapak dan ibu untuk merancang kehamilan melalui proses pembuahan adalah
pada sepertiga malam terakhir atau sebelum datangnya waktu subuh. Pada waktu itu, ibu
dan bapak melakukan Qiyamullail yang ditutup dengan shalat Witir. Sebagai pertanda
berakhirnya satu siklus harian, seluruh sistem reproduksi kita berada pada tingkat
kesalehan tertinggi. Di mana seluruh rangkaian shalat wajib dan sunnah untuk hari yang


terlalui telah lengkap dijalankan. Hari yang terbaik adalah Jumat pagi setelah sebelumnya
bapak dan ibu menjalankan shaum sunnah Kamis dan juga Selasa pagi setelah shaum
sunnah hari Senin. Atau, hari-hari di mana bulan sedang mengalami purnama, dan bapak
serta ibu usai menjalankan shaum sunnah Ayyammul Bit atau shaum sunnah tiga hari
pada tengah bulan.
Persiapan jasmaniah juga diperlukan agar keturunan yang akan lahir memiliki
kesempurnaan jasmaniah. Bapak dan ibu membutuhkan volume cairan tubuh yang
optimal. Untuk itu, sebelum menjalankan Qiyamullail disarankan untuk minum air putih
sebanyak tiga gelas (@ 250 ml). Air adalah zat dengan polaritas netral dan mampu
menguraikan unsur-unsur penting dalam tubuh agar dapat terdistribusi dengan sempurna
sampai kepada saluran reproduksi. Sifat molekul air, yang mampu mengurangi sifat
elektronegativitas sel nutfah, akan membantu proses pembuahan agar berlangsung secara
sempurna. Waktu minum yang dilakukan sebelum Qiyamullail dimaksudkan agar selama
shalat malam, air akan “tergetar” oleh lantunan doa. Kemudian, secara bersama-sama
akan membentuk bangunan-bangunan molekuler baru yang akan menyelaraskan
“getaran” sel-sel nutfah tersebut.
Getaran doa Qiyamullail adalah getaran dengan frekuensi rindu. Rasa kangen
kepada Dzat Yang Mahatinggi akan memicu hormon endorfin, peniletilamin (PEA), dan
oksitosin. Ketiga hormon itu akan melukis rasa rindu ibu kepada Allah SWT dalam sel-
sel nutfah dan kelak pada sel-sel alaqah (darah) serta mudghah (daging).
Dengan demikian, sejak terjadinya persatuan antara sel nutfah (sperma) dari bapak
dan sel telur dari ibu, sejak itu pula terjadi pembelahan demi pembelahan sel. Setiap ibu
shalat, berzikir, dan memanjatkan doa, saat itu pula sel-sel calon-calon bayi membelah
dengan iringan energi doa, hingga akhirnya ia lahir ke dunia.
Tapi acapkali manusia atau pasangan suami istri juga ingin turut merencanakan
bentuk keluarga mereka ke depan. Allah SWT memberikan kemampuan kepada manusia
untuk mengkaji dan memaknai setiap tanda yang telah diberikannya dalam bentuk
fenomena-fenomena alam. Jika orang tua mempelajari fenomena biologis atau hayati
yang adala dan emlekat bersama tubuhny adapat saja orang tua merencanakan kehamilan
dan juga memilih jenis kelamin anak yang dikehendaki. Kemajuan teknologi bahkan



dapat membantu meningkatkan prosentase kemungkinan pemilihan jenis kelamin berhasil
Apalagi jika proses kehamilan dibantu dengan metoda Invitro Fertilization/ IVF yang
lebih dikenal masyarakat sebagai metoda bayi tabung. Adapun niat orangtua untuk
merencanakan jenis kelamin anaknya biasanya terkait dengan peran yang mereka
harapkan. Ada sebagian orangtua yang menghendaki anak pertamanya perempuan agar
anak tersebut kelak dapat memabntu mengasuh adik-adiknya, maklumlah pandangan
terhadap fungsi perempuan masih terbelenggu dalam perspektif domestik. Tetapim ada
pula keluarga yang menghendaki agar anak pertamanya laki-laki, mengapa ? Karena anak
laki akan emmabwa nama marga, inipun sesungguhnya hanyalah bagian dari
perkembangan budaya patriarki. Karena dalam konteks keislaman dan keilmuan
pembawa sifat dominan itu justru seorang ibu. Maka tak heran apabila Rasulullah SAW
sampai mengulang tiga kali kata Ibu ketika ditanya siapakah orang yangharus dihormati
dan dimuliakan. Peran ibu ini maujud dalam bentuk warisan DNA yang hanya terdapat di
mitokondria, atau lebih dikenal sebagai mtDNA. Meski kecil dan tampaknya selama ini
kalah pamor dengan DNA yang terdapat di inti sel, DNA mitokondria inilah yang
bertugas untuk memproduksi energi kehidupan. Dan para wanita seluruh dunia harus tahu
! DNA mitokondria hanya diwariskan dari garis ibu saja. Masih ingat di penjelasan
terdahulu tentang proses pembuahan dan tumbuh kembang janin di dalam rahim ? Ketika
sel nutfah pria ( sperma) memasuki sel telur yang berukuran jauh lebih besar, hanya
bagian badan selnya saja yang dapat masuk dan bersatu dengan sel telur. Sementara
mitokondria terdapat di ekor sperma dan diperguanakan untuk emnghasilkan energi bagi
pergerakan sperma di sepanjang saluran reproduksi wanita. Akibatnya mitokondria pria
tidak terbawa ke dalam sel telur, dan kita semua hanya mendapatkan mitokondria dari
jalur ibu saja !
Kembali ke masalah pemilihan jenis kelamin anak, ada beberapa metoda klasik
yang kerap berhasil. Sebagai pengetahuan yang menentukan jenis kelamin seorang anak
adalah sperma mana yang berhasil lebih dahulu membuahi sel telur. Karena, sel telur
hanya terdiri dari kromosom X, maka bila sperma X yang
membuahi sel telur, maka janin yang dihasilkan menjadi XX
yang berarti berjenis kelamin perempuan, sedangkan bila


sperma Y maka akan menjadi XY yang berarti anak laki-laki. Sperma X dan Y memiliki
sifat yang berbeda. Perbedaan itu meliputi ukuran kromosom X yang lebih besar dari
kromosom Y karena adanya muatan genetika yang lebih beragam. Mari kta perhatikan
tubuh seorang wanita, ada rahim beserta jalan lahir dan indung telur, lalu ada pula
kelenjar payudara, dan yang tak kalah penting terdapat proses produksi beberapa hormon
yang spesik pada wanita dan tidak terdapat pada pria. Perbedaan-perbedaan tersebut akan
termanifestasi dalam kondisi faktual sebagai berikut :
Perbedaan karakteristik sperma X dan Y
Sperma X
Sperma Y
Bergerak lebih lambat Mampu bergerak lebih cepat
Jangka waktu hidup lebih
Jangka waktu hidup lebih
lama
pendek
Lebih tahan dalam
Tidak tahan dalam
lingkungan asam
lingkungan asam
Pengondisian lingkungan vagina akan menentukan tingkat viabilitas spema dengan
kromosom Y dan X. Jika vagina bersifat asam, pH atau derajat keasaman vagina normal
adalah 7,1 sampai dengan 7,3 atau bersifat agak basa. Pengondisian lingkungan antara
lain dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut :
1. Faktor nutrisi yang dikonsumsi oleh pasangan, ada beberapa nutrisi yang
memiliki potensi untuk mengoptimalkan fungsi kromosom Y, misal makanan
yang mendorong pembentukan ATP dan pemecahan energi berbasis gula fruktosa.
Buah-buahan manis seperti mangga, melon, kurma, cempedak, nagka, serta durian
akan emmabnatu kromosom Y lebih aktif dan berenergi. Demikian pula konsumsi
madu yang kaya mineral ( trace element) dan fruktosa akan memabntu
memperkuat kerja kromosom Y. Sedangkan pada wanita konsumsi sayur mayur
dan bahan yang bersifat alkalis seperti produk turunan susu ( keju, mentega, dan
makanan olahan berlemak jenuh) akan membantu menjadikan saluran
reproduksinya bersifat basa. Sedangkan secara umum untuk mempermudah


pembuahan nutrisi yang kaya akan kandungan zinc, fosfat, vitamin C atau asam
askorbat, dan riboflavin, fiolat, serta tiamin amat diperlukan.
2. Faktor waktu pembuahan dan kondisi lingkungan makros. Adanya momentum
bulan purnama atau perbedaan pagi, siang, sore, malam, hari dan sepertiga malam
yang penghujung memberikan referensi tersendiri yang s\masing-masing sangat
khas. Kuatnya gravitasi bumi dibanding dengan pengaruh dari benda langit
lainnya akan membantu proses pemilihan kromosom.
3. Posisi ketika melakukan hubungan intim. Jika dilakukan siang hari dan posisi
wanita berada di sebelah bawah maka kemungkinan terbesar akan terjadi
pembuahan yang dilakukan sperma berkromosom X yang lebih berat. Sedangkan
jika proses pembuahan dilakukan di malam hari ketika bulan purnama dan posisi
wanita berada di sebelah atas, maka kemungkinan besar sperma berkromosom Y
yang akan membuahi sel telur terlebih dahulu.

CINTA YANG MAMPU MENGUBAH DUNIA
Tahukah anda bahwa jika seorang wanita tidak berbahagia dalam kehidupan
pernikahannya maka dunia akan muram ? Perang dan kekejaman berlangsung dimana-
mana, dan hati nurani akan kehilangan makna dan tempatnya bersemayam. Mengapa
demikian ? Ada satu hormon cinta yang bernama oksitosin, dan hebatnya meski
jumlahnya tak seberapa tapi perannya luar biasa. Ketika wanita tengah menghadapi saat-
saat menegangkan antara hidup dan mati, hor mon inilah yang menentukan kelancaran
prosesnya. Yah ketika seorang wanita tengah melangsungkan proses persalinan bayi,
oksitosin berperan teramat penting dengan mengatur kontraksi otot rahim sehingga
mampu mendorong bayi keluar. Tetapi jangan salah, peran hormon yang satu ini tidak
hanya itu, ia juga memiliki reseptor di otak yang turut membantu menumbuhkembangkan
konsep kebahagiaan. Apabila hormon ini berada dalam kondisi yang terjaga dan tetap
tinggi maka seorang wanita, seorang ibu, istri, pekerja, ataupun seorang ilmuwan unggul
akan memiliki kehangatan, rasa memiliki, rasa menyayangi, dan jernihlah pikirannya.
Coba bayangkan andai seorang ibu memulai hari-hari di rumah dengan segunung


kegundahan apa yang akan terjadi pada suami, anak, tetangga, dan juga banyak orang lain
yang terkait dalam jejaring sosial ? Maka hormon cinta wanita yang ingin menjadi cantik
haruslah tetap terjaga. Untuk menjaga keberadan dan fungsi hormon cinta itu maka Allah
SWT telah menetapkan fitrah yang apabila kita pelajari serta optimasi secara seksama
tentulah akan menghasilkan dampak yang sangat positif, berupa kebahagiaan yang dapat
dirasakan oleh banyak kalangan.
Fitrah yang dikaruniakan Allah SWT kepada seorang wanita sebagai amanah
yang harus dipelajari dan disyukuri, antara lain adalah fungsi dan potensi sistem
reproduksi dan genitalnya. Seorang wanita secara anatomis memiliki klitoris yang
diperkaya dengan jaringan syaraf sensoris yang sangat sensitif. Terdapat pula
sekumpulan ujung sel syaraf sensoris yang terdapat di daerah dinding vagian sebelah
depan sekitar 5 sampai 10 cm dari bagian genital terluar. Titik atau area akaya
persyarafan ini dinamai G-spot ( titik G) karena ditemukan oleh Dr.Grafenberg pada
tahun 1950. Wanita juga memiliki rahim yang posisinya memungkinkan terjadinya
hubungan seksual secara berhadap-hadapan ( missonary position). Tetapi meski secara
anatomis seorang wanita telah memiliki kelengkapan untuk dapat menikmati hubungan
seksual secara optimal, fakta di lapangan justru menunjukkan fenomena yang sebaliknya.
26% wanita di Amerika Serikat mengalami kesulitan dalam mencapai orgasme, sementra
angka ini bagi pria hanya berkisar sekitar 2,5% saja. 46% dari wanita yang mengalami
kesulitan orgasme ternyata memiliki persepsi negatif tentang dirinya, sehingga dapat
dismpulkan bahwa orgasme pada wanita sesungguhnya lebih ditentukan oleh penataan
pola pikir yang bersangkutan. Fungsi dari orgasme selain memberikan rasa nyaman dan
relaksasi, serta menumbuhkan keterikatan kasih sayang ( attachment), juga berfungsi
untuk mengoptimalkan masuknya sel-sel sperma yang akan membuahi sel telur. Hal ini
terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada seorng wanita yang
mengalami orgasme lebih awal atau lebih dahulu daripada suaminya akan lebih adaptif
terhadap masuknya sel sperma (tingkat penolakan hanya berkisar sekitar 50% saja).
Proses orgasme sendiri akan menghasilkan respon neurofisiologis yang unik. Salah satu
keunikan tersebut adalah dengan disekresinya beberapa hormon otak selama proses
orgasme berlangsung. Stimulasi dan tekanan pada titig G misalnya, akan mendorong


diproduksinya endorfin, alias analgesik alamiah yang sekaligus sifatnya menyerupai
narkoba yang menghadirkan sensasi nyaman. Maka berkembanglah hipotesa mengenai
fungsi titik G yang tidak hanya terbatas pada fungsi seksual saja, melainkan justru dapat
ditafsirkan sebagai bagian dari kasih sayang Allah SWT bagi para ibu yang tengah
menjalani proses persalinan. Tekanan kepala bayi di jalan lahir, tepatnya di daerah titik G
berada, akan memicu produksi endorfin yang membantu seorang ibu menahan rasa
sakitnya. Mari kita bayangkan seandainya Allah SWT tidak mendesain dan
mengaruniakan titik G pada seorang wanita, tampaknya proses persalinan akan menjadi
peristiwa horor yang traumatik ! Fakta ini juga membuka wawasan kita tentang
keutamaan persalinan normal,pasti ada perubahan fisiologis yang bermakna di otak
seorang wanita yang bersalin secara normal, yang tidak akan ditemui pada wanita yang
dioperasi seksio saesaria. Pada saat orgasme juga terjadi sekresi hormon oksitosin yang
menyertai kontraksi otot panggul dan rahim. Adanya stimulasi pada klitoris dan titik G,
serta sepertiga bagian luar dinding vagina akan menimb ulkan respon meningkatnya
ketegangan motorik di sekujur tubuh yang akan diikuti oleh “ledakan” orgasmik berupa
gerakan-gerakan involunter ( di luar kendali kesadaran) di seluruh tubuh dengan
konsentrasi terhebat terjadi di daerah rahim, vagina, dan anus. Kontraksi di ketiga daerah
inilah yang merangsang diproduksinya hormon oksitosin. Pada tahap selanjutnya
peningkatan kadar oksitosin ini akan menimbulkan rasa kasih sayang, kepedulian terhdap
sesama, dan kejernihan pikiran. Semua ini menjadi modal bagi seorang wanita untuk
menjadi pribadi yang cerdas dan sukses dalam karier, rumah tangga, lingkungan sosial,
dan terutama dalam menjalankan peran sebagai ibu.
Untuk mencapai kondisi indah dan ideal tersebut tentulah diperlukan ikhtiar
dalam mencari ilmu yang tepat. Selama ini seksualitas dan aspek reproduksi
senantiasa ditabukan dan tidak dipelajari serta dibicarakan secara terbuka. Akibatnya
banyak pasangan suami-istri justru mendasari kehidupan seksualitas mereka kepada
mitos dan bukan kepada ilmu serta fakta. Mari simak fakta dan informasi berikut :
Sejarah seksualitas dan orgasme pada wanita diawali di era kejayaan filsafat
Yunani yang dimotori oleh Socrates. Sekitar 4 abad sebelum masehi Socrates
berhipotesa bahwa terbentuknya janin di dalam rahim adalah hasil dari kenikmatan


seksual yang dirasakan oleh seorang wanita. Teori ini kemudian dibantah oleh
Aristoteles, filsuf yang satu ini justru meyakini bahwa hanya cairan semen (mani)
pria yang subur sajalah yang terlibat dalam proses pembentukan janin di dalam
rahim. Implikasi dari perbedaan pendapat ini adalah bergesernya konsep budaya yang
mengedepankan kepentingan wanita, terkait dengan peran sentralnya dalam proses
prokreasi dimana kenikmatan seksual adalah stimulus agar wanita hamil, menjadi
pengebirian fungsi. Wanita harus pasrah saja menerima proses pembuahan yang
sepenuhnya menjadi inisiatif aktif pria. Kondisi ini terus berlangsung sampai abad ke
19, wanita terus terpasung. Memang berkembangnya pengetahuann hayati mulai
sedikit mengubah pandangan masyarakat terpelajar, sebagian dari mereka meyakini
bahwa kepuasan seksual seorang wanita turut menentukan keberhasilan proses
pembuahan. Tetapi secara sosial budaya stigmatisasi terhadap wanita tetap tidak
berubah. Bahkan dalam aturan-aturan kemasyarakatan ortodoks peran wanita dalam
konteks reproduksi hanya disetarakan sebagai bagian dari “alat produksi”. Hadirnya
Islam yang bersifat rahmatan lil alamin membawa dampak perubahan yang sangat
signifikan dalam hubungan antara pri dan wanita. Jika dalam abad-abad ke 5 dan 6
memiliki anak wanita adalah sebuah kenistaan, mengingat peran sosialnya yang
sangat marjinal, maka komunitas semenanjung hijjaz mengalami transformasi
kultural yang sangat dhasyat ketika Islam menempatkan sosok wanita sebagai
representasi kemuliaan dan kesucian. Adab dalam berhubungan suami-istripun
mendapat perhatian, dan wanita dilindungi haknya untuk mendapatkan kebahagiaan.
Rasa saling menyayangi, mengasihi, dan kesetaran dalam berkomunikasi menjadikan
rumah tangga Islami merupakan wadah bagi seorang wanita untuk mengoptimalkan
fitrahnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu rerata yang dibutuhkan oleh
seorang wanita untuk mencapai orgasme berkisar sekitar 20 menit. Sementara itu
pada pria orgasme akan tercapai dalam 2 sampai 5 menit saja. Tingkat pencapaian
orgamse berkorelasi dengan tingkat pendidikan seorang wanita, 63% wanita yang
berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi mengaku pernah merasakan orgasme.
1% dari responden sebuah penelitian ternyata mampu mendapatkan orgasme melalui


stimulasi payudara. Hal ini tidak aneh karena daerah erogenik pada wanita sangat
banyak. Yang sering dieksplorasi dan mendapat stimulasi antara lain adalah bibir,
lidah, daerah leher dan pundak, bokong, paha sebelah dalam, dan payudara.
Pengenalan yang baik terhadap fungsi-fungsi organ tubuh akan menjadikan seorang
wanita menjadi lebih tahu apa yang diinginkannya dalam sebuah proses hubungan
suami-istri.
Kemampuan seorang wanita untuk dapat merasakan orgasme dalam hubungan
intim bergantung kepada beberapa faktor yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak. Melihat adanya ketidaksinkronan fakta antara pria dan wanita yang telah
dipaparkan di atas maka diperlukan strategi yang tepat agar potensi kedua belah
pihak (suami-istri) dapat teroptimasi. Berikut adalah beberapa faktor penentu
keberhasilan orgasme dan orgasme berganda yang telah teridentifikasi secara
obyektif melalui serangkaian penelitian :
• Tingkat kenyamanan seorang wanita terkait dengan hubungan atau
komunikasinya dengan suami dan lingkungan sekitar ( suasana rumah, kantor,
atau kondisi keluarga)
• Tingkat attachment atau interaksi yang saling menyayangi antara suami dan
istri yang termanifestasi dalam bentuk-bentuk komunikasi yang sehat.
• Tingkat kebugaran dan energi yang bersangkutan ( tingkat stress dan kelelahan
yang dialami).
• Pengetahuan masalah seksual dan posisi hubungan intim yang dilakukan atau
dipergunakan. Perlu diperhatikan bahwa karakteristik seksual seorang wanita
yang meliputi karakteristik atau ciri khas fisik, fisiologik, dan psikologik sangat
heterogen dan bervariasi. Perbedaan karakter ini dapat maujud dalam bentuk
preferensi seorang wanita dalam melakukan hubungan seksual, misal ada
golongan wanita yang cenderung membutuhkan foreplay atau sesi pendahuluan
sebelum melakukan hubungan badan, ada pula golongan wanita yang justru
enggan berlama-lama dan ingin segera melangsungkan hubungan badan.
Tingkat kepuasan juga bergantung kepada kondisi hormonal seorang wanita,
pada puncak masa ovulasi atau sekitar 14 hari setelah hari haid terakhir,


biasanya kadar hormon seksual seorang wanita berada dalam kondisi puncak.
Di saat itu gairah dan dorongan seksual wanita akan meningkat. Adanya
peningkatan gairah akan berkorelasi dengan semakin besarnya kemungkinan
untuk mencapai tingkat kepuasan. Untuk menyiasati perbedaan waktu
pencapaian orgasme antara pria dan wanita dapat dipertimbangkan penggunaan
beberapa teknik hubungan badan yang bersifat “menahan” laju orgasme
seorang pria dan “mempercepat” laju orgasme seorang wanita. Posisi itu antara
lain adalah modified missionary position, dimana posisi klasik pria di atas dan
wanita di bawah dikembangkan dengan menempatkan kaki dan tungkai seorang
wanita di punggung suaminya. Posisi ini memungkinkan stimulasi pada daerah
klitoris menjadi semakin maksimal, sedangkan jepitan vaginal akan berkurang.
Dampak yang muncul adalah sebagai berikut; stimulasi terhadap alat genital
suami akan berkurang dan stimulasi pada klitoris istri justru akan sangat
meningkat. Posisi lain yang dapat membantu adalah leapfrog alias loncat
kodok, dimana istri berhubungan dalam kondisi setengah berjongkok dan suami
berada di sebelah belakangnya dengan posisi setengah duduk bersandar ( ke
dinding atau bagian kepala tempat tidur). Gerakan aktif dilakukan oleh istri,
posisi istri yang sedemikian akan membuka area genitalnya lebih luas terhadap
stimulasi alat genital suaminya. Gerakan aktif yang dilakukan istri juga akan
membantu dirinya menentukan frekuensi dan daerah-daerah mana yang akan
lebih diekspos. Tetapi hasil penelitian dan fakta di masyarakat menunjukkan
bahwa posisi hubungan seksual yang paling memudahkan seorang wanita
mencapai orgasme adalah posisi cowgirl atau posisi istri di atas suami seperti
seseorang yang tengah menunggang kuda. Ekspos yang maksimal pada daerah
klitoris dan titik G serta dinding vagina, dan peran aktif istri dalam
mengendalikan gerakan serta arah geraknya akan emmfasilitasi pencapaian
orgasme pada seorang wanita.
Penting untuk diketahui bahwa atmosfer psikologis adalah prasyarat utama
dalam menciptakan pola-pola hubungan suami istri yang sehat. Untuk itu dalam
proses mengatasi kesulitan seorang wanita untuk dapat menikmati sebuah hubungan


seksual dan mengoptimalisasi kemampuan seorang wanita untuk mencapai orgasme,
diperlukan pengondisian yang menyenangkan, bebas stress, lingkungan yang
kondusif, serta komunikasi tentang posisi seksual yang lebih diinginkan dan lebih
dapat dinikmati oleh seorang wanita. Apabila pasangan suami-istri berhasil
mengembangkan atmosfer psikologis semacam ini, tidak mustahil istri bahkan bisa
mencapai orgasme berganda. Karakter orgasme berganda atau multiple orgasm pada
seorang wanita secara umum dikategorikan menjadi 2 jenis utama, yaitu:
1. Sequential Multiples atau Berganda Berurutan
• Suatu seri pencapaian klimaks atau orgasme yang terjadi secara berdekatan satu
sama lainnya dan terpisah waktu yang relatif singkat, antara 2 sampai 1o menit.
Ada interupsi rangsangan seksual di antara kedua fase orgasme, misal diselingi
beristirahat sejenak. Contoh yang dapat dilihat pada kondisi nyata adalah
orgasme yang terjadi pada saat suami-istri masih dalam tahapan pra-koitus (
foreplay) dan merangsang daerah klitoris wanita hingga tercapai orgasme
sebelum terjadinya hubungan pervagina. Apabila setelah klimaks yang pertama
itu kemudian pasangan suami-istri melanjutkan ke tahap hubungan pervagina
dan tercapai lagi orgasme, inilah yang disebut orgasme berganda berurutan
(OBB).
2. Serial Multiples atau Berganda Serial
Tipe orgasme wanita ini terjadi dalam kurun waktu tertentu dan seolah-olah tidak
terputus, alias sambungmenyambung. Untuk mencapai kondisi orgasme serial
dibutuhkan teknik arousal dan posisi hubungan seksual yang tepat dan mampu
mengeksplorasi setiap titik sensitif di organ genitalia wanita. Maka ciri dari
Orgasme Berganda Serial (OBS) adalah sebagai berikut:
• Orgasme tercapai dan berlangsung beberapa kali sekaligus tanpa interupsi
dalam proses hubungan seksual.
• Selama proses hubungan seksual seluruh titik sensoris yang kaya persyarafan
terstimulasi secara adekuat dan tepat. Tipe orgasme ini baru dapat tercapai




apabila rangsangan diterima secara merata oleh klitoris, G-spot, dan dinding
vagina 1/3 bagian terluar.
Hasil survey majalah Jane edisi Juni-Juli 2004 pada 2137 responden yang
dilakukan secara on-line menunjukkan pola orgasme pada wanita sebagai
berikut:
1. Mencapai orgasme setiap kali melakukan hubungan suami-istri (43%)
2. Mencapai orgasme pada beberapa kali hubungan tetapi tidak setiap kali (38%)
3. Belum pernah merasakan sama sekali (19%)
Ternyata meski di atas kita telah membahas secara panjang lebar berbagai kiat
untuk mengoptimalkan fungsi seksual dari seorang wanita, baik dari aspek fisiologis
maupun psikologis, fakta menunjukkan bahwa mencapai kepuasan seksual ternyata tetap
menajdi kendala bagi sebagian wanita. Untuk itu rupanya perlu dipelajari secara lebih
mendalam proses fisiologi orgasme wanita dan hal-hal apa saja yang terjadi ketika proses
tersebut berlangsung. Tak lain dan tak bukan pengetahuan yang mendasar ini
dimaksudkan agar setiap wanita dapat lebih mengenal potensi dirinya.


3 variasi respon seksual pada seorang wanita menurut Masters dan Johnson dalam buku
Sex and Human Loving, 1982: Pola pertama menunjukkan respon dan karakter orgasme





berganda (multiple orgasm), pola kedua menunjukkan respon berupa pencapaian
tahapan plateau tanpa mencapai puncak orgasme, dan pola ketiga menunjukkan kurva
yang langsung anjlok menuju fase resolusi setelah fase eksitasi (excitement).

Gambar siklus respon seksual wanita yang memperlihatkan perubahan pada organ-
organ reproduksi dan genital seorang wanita selama menjalani proses hubungan
seksual.

Tahapan Perangsangan
Fase arousal ditandai dengan aktifnya proses perangsangan yang dilakukan oleh
suami dan istri. Pada kondisi ini terjadi perubahan pada tubuh wanita sebagai
berikut:
• Lubrikasi atau pelumuran cairan vagina terjadi di 10-30 detik awal hubungan.
• 2/3 bagian dalam vagina mengembang.
• Rahim dan leher rahim tertarik ke atas depan.
• Labium mayora atau bibir luar kemaluan mendatar dan membuka.
• Labium minora akan membesar.


• Klitoris membesar.
• Putting susu akan berdiri dan otot sekitar payudara akan berkontraksi.
• Ketika intensitas rangsangan seksual semakin meningkat payudara akan
membesar.
Tahapan Plateau
Selama fase plateau terjadi perubahan anatomi pada wanita sebagai berikut:
• Meningkatnya ketegangan seksual.
• Terjadi pelebaran dan penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan
sepertiga bagian dalam vagina seolah membengkak dan menyempit sampai 30%.
• Dua pertiga bagian dalam vagina seolah kosong dan wanita biasanya merasakan
keinginan yang kuat agar dirinya “diisi” sering disebut sebagai fenomena “vaginal
ache”.
• Klitoris semakin bertambah besar dan semakin tegang dan posisinya semakin
mendekati tulang kemaluan ( os pubis) sehingga lebih mudah terpapar secara
fisik.
• Labium minora atau bibir kemaluan sebelah dalam akan menebal 2-3 kali ukuran
normal.
• Peningkatan ukuran labium minora akan berdampak pada perubahan ukuran
labium mayora.
• Warna bibir kemaluan sebelah dalam akan berubah dari yang semula merah
jambon menjadi merah tua karena meningkatnya aliran darah ke daerah tersebut
(vaskularisasi).
• Areola atau daerah kecoklatan di sekitar putting payudara akan membengkak/
membesar.
• Payudara sendiri akan membesar sekitar 20-25%
• 50-70% wanita akan mengalami "sex flush"/ruam kemerahan pada daerah dada
dan bagian tubuh lainnya sebagai konsekuensi dari meningkatnya aliran darah di
permukaan kulit.
• Detak jantung meningkat cepat, laju pernafasanpun bertambah.


• Terjadi peningkatan kontraksi otot di daerah paha dan bagian bokong.
• Tubuh wanita pada saat ini sudah siap untuk mengalami fase orgasme.
Tahapan Orgasme
Selama fase orgasme wanita mengalami hal-hal sebagai berikut :
• Terjadi kontraksi otot secara ritmik dan di luar kendali kesadaran, di daerah
vagina, rahim, dan rektum atau anus. Kontraksi pertama berlangsung sangat hebat
dan kontraksi berikutnya lebih lemah serta berjeda sekitar 0,8 detik. Pada orgamse
yang hebat terjadi sekurangnya 10 sampai 15 kali kontraksi ritmik otot, sedangkan
pada orgasme tingkat sedang (mild) terjadi sekitar 3 sampai 5 kali kontraksi.
• Ruam kemerahan, rasa panas yang menjalar serta desah nefas akan lebih terlihat
dan terdengar nyata.
• Otot-otot tubuh lainya juga akan turut berkontraksi menyertai kontraksi otot-otot
panggul.
• Pola otak selama orgasme berlangsung juga menunjukkan adanya karakteristik
unik pada gelombang otak.
• Pada beberapa wanita terjadi produksi cairan yang sering dikaitkan dengan
fenomena ejakulasi wanita. Cairan ini sesungguhnyan berasal dari uretra dan
kelenjar lubrikasi ( cairan pelicin).
• Terjadi miotonia atau peningkatan tonus otot di daerah wajah dan beberapa otot
lainnya sehingga seorang wanita akan menunjukkan ekspresi wajah yang khas
pada saat mengalami orgasme. Ekspresi wajah itu seperti seseorang yang
menyeringai karena teramat sakit dan bahkan acapkali disertai lenguhan khas, dan
pada beberapa wanita yang mengalami orgasme hebat mereka sampai terisak-isak
seperti orang yang menangis. Miotonia pada daerah tangan biasanya akan
berimplikasi pada kegiatan mencengkeram atau mencakar tubuh suami.
Tahapan Resolusi
Selama fase resolusi seorang wanita dapat mengalami hal-hal sebagai berikut :


• Jika rangsangan seksual dilanjutkan maka dapat saja wanita tersebut akan kembali
mengalami orgasme tambahan
• Kondisi vagina akan kembali kepada ukuran dan keadaan normal, terelaksasi.
• Payudara, labium vagina, klitoris, dan rahim juga akan kembali kepada ukuran,
posisi, dan warna semula.
• Klitoris dam puting susu akan menjadi lebih sensitif dan adanya rangsangan ke
daerah tersebut akan menimbulkan rasa geli atau tidak menyenangkan.
• Seks Flush atau ruam kemerahan di wajah akan menghilang.
• Wanita akan berkeringat dan nafasnya memburu, tingkat respirasi menjadi lebih
tinggi.
• Jantung akan berdegup lebih kencang selama beberapa lama.
Jika orgasme tidak tercapai, maka gejala di atas tetap dapat dialami hanya saja
berintensitas lebih rendah. Adanya akumulasi darah di daerah pelvis atau pinggul akibat
proses pelebaran pembuluh darah lokal selama terjadinya rangsang seksual akan
mengakibatkan munculnya rasa “berat” dan tidak nyaman di daerah panggul. Kondisi
inilah yang mungkin kemudian akan menyulut ketidakpuasan secara psikologis dan
mengubah mood seorang wanita. Maka wanita yang gagal mencapai orgasme dalam
sebuah hubungan suami-istri lambat laun dalam jangka panjang akan mengembangkan
tipe kepribadian tersendiri dengan manifestasi pada perilaku hariannya yang lebih
mengedepankan kekecewaan, kecemasan, dan kegelisahan.
Keberhasilan sebuah rumah tangga dalam mengoptimasikan hubungan suami-istri
sebagai ikhtiar melanggengkan cinta yang berorientasi ibadah, akan mendorong
terekspresikannya segmen DNA yang terkait dengan pembentukan sirkuit produktif di
otak seorang wanita.